Featured Article

Saturday, December 25, 2010

10 Solat ditolak Allah


Rasulullah saw juga telah bersabda yang bermaksud: "10 orang yang solatnya tidak diterima oleh Allah SWT ialah:

1. Orang lelaki yang solat sendirian tanpa membaca sesuatu.

2. Orang lelaki yang mengerjakan solat tetapi tidak mengeluarkan zakat.

3. Orang lelaki yang minum arak tanpa meninggalkannya (taubat).

4. Orang lelaki yang menjadi imam padahal orang yang menjadi makmum membencinya.

5. Anak lelaki yang melarikan diri dari rumah tanpa izin kedua ibu bapanya.

6. Orang perempuan yang suaminya marah/menegur kepadanya lalu si isteri memberontak.

7. Imam atau pemimpin yang sombong dan zalim serta menganiaya.

8. Orang perempuan yang tidak menutup aurat.

9. Orang yang suka makan riba.

10. Orang yang solatnya tidak dapat menahannya dari melakukan perbuatan yang keji dan mungkar.

Khusyu


Apa itu Khusyu?

Khusyu' selama sholat sering disalahartikan oleh sebagian besar orang dengan cara menangis dan meratap. Lebih dari itu, merupakan persiapan hati selama menjalankan ibadah. Ketika hati seseorang dipenuhi dengan apa yang dikatakan dan didengarnya, maka dia akan berada dalam keadaan khusyu'.

Konsep khusyu dalam sholat adalah sangat penting:

1. Merupakan faktor penting di dalam membuat seseorang sukses di dalam hidupnya saat ini dan kemudian.
Bagaimanapun, orang-orang yang beriman, yang dapat khusyu' dalam sholatnya, adalah pemenang.
2. Merupakan suatu faktor kontribusi dalam menerima sholat.
3. Merupakan cara-cara untuk mendapatkan pahala lebih dari Allah S.W.T, semakin seseorang khusyu' dalam sholat, semakin besar pahala yang akan didapat.
4. Tanpa khusyu, hati kita tidak dapat dengan mudah dibersihkan.

Cara-cara agar dapat Khusyu':

A. Sebelum Sholat

1. Seorang muslim harus mengetahui Tuhan-nya dengan sangat. Mengetahui kepada siapa dia menyembah akan membuatnya menjadi penyembah yang lebih baik. Memiliki pengetahuan yang jelas dan otentik tentang Allah akan meningkatkan Cinta-Nya di hati kita. Sebagai konsekuensi, keimanan kita akan bertambah.
2. Hindari melakukan dosa-dosa besar dan kecil akan sangat membantu agar khusyu, karena hati akan menjadi lebih mendalami firman-firman Allah selama dan setelah Sholat.
3. Membaca Al-Qur'an lebih sering dan konsisten akan melembutkan hati dan mempersiapkan agar khusyu'. Hati yang keras tidak akan dapat khusyu'.
4. Perkecil keterkaitan akan masalah-masalah dunia. Mengingat Hari Kemudian akan membantu melawan keterkaitan dengan hidup.
5. Hindari tertawa berlebihan dan argumentasi yang tidak berguna karena hal-hal tersebut akan memperkeras hati dan menjadikan kurang keinginan belajar.
6. Berhentilah bekerja begitu kamu mendengar azan. Ketika kamu mendengar panggilan untuk sholat, ulangi perkataan Mu'azin dan kemudian berdo'alah. Hal ini akan mempersiapkan diri anda untuk transisi dari bisnis (urusan) dunia dengan urusan sholat.
7. Berwudhulah seketika mendengar azan, yang akan membuat anda tidak menunda sholat. Wudhu juga dapat menjadikan kita berada di zona penyangga sebelum melaksanakan sholat.
8. Pergi ke masjid lebih cepat untuk melakukan sholat dan dilanjutkan dengan menyebut Allah akan menjadikan setan pergi dan membantu kita agar konsentrasi.
9. Waktu tunggu untuk sholat akan membantu kita berada di zona penyangga antara pikiran sebelum dan selama menjalankan sholat.

B. Selama Sholat

1. Iqomah itu sendiri merupakan tanda bagi kita untuk mempersiapkan agar lebih baik dalam melaksanakan sholat. Ingatlah saat Rasulullah berkata pada Bilal (r.a.), "Mari kita nikmati akan kenyamanan dalam sholat."
2. Ketika anda berdiri menghadap Kiblat ingatlah hal-hal berikut:
a. Mungkin itu merupakan sholat terakhir anda dalam hidup. Tidak ada garansi untuk hidup lebih lama untuk melaksanakan sholat berikutnya.
b. Anda berdiri diantara tangan Allah, Tuhan dunia. Bagaimana anda masih disibukkan dengan hal lainnya?
c. Malaikat kematian sedang mengejar anda.

3. Jangan lupa melakukan Isti'azah. Hal tersebut akan menghindarkan anda dari bisikan-bisikan setan.
4. Fokuskan mata anda pada tempat sujud. Hal ini akan membantu anda untuk lebih berkonsentrasi.
5. Ketika membaca Al-Fatihah, cobalah untuk mendengar respon dari Allah kepada anda setelah membaca setiap ayatnya. (ketika anda mengucapkan, "Alhamdulillahi Rabbil 'alamin) Allah akan merespon: "Hamba-Ku memuji-Ku." dan lain-sebagainya. Perasaan berbicara kepada Allah ini akan meletakkanmu pada mood (suasana hati) yang baik akan khusyu'.
6. Memperindah bacaan Al-Qur'an akan berdampak positif pada hati anda.
7. Bacalah Al-Qur'an dengan perlahan dan usahakan untuk memahami artinya secara mendalam.
8. Direkomendasikan untuk mengganti Surah-surah yang anda baca dari waktu ke waktu untuk mengindari seperti mesin dalam membacanya.
9. Alternatif antara sunah otentik yang beragam seperti membaca do'a-do'a pembuka yang berbeda di setiap sholat.
10. Tidak diragukan lagi, memahami Bahasa Arab akan membantu anda fokus dalam memahami artinya.

11. Berinteraksilah dengan setiap ayat yang dibaca:
a. Jika anda mendengar ayat tentang Allah, besarkanlah nama-Nya dengan perkataan "Subhana Allah"
b. Jika anda mendengar ayat tentang neraka, katakanlah "A'uuthu billahi mina-n-naar".
c. Jika anda mendengar perintah untuk beristigfar, maka beristighfarlah.
d. Jika anda mendengar ayat yang memerintahkan untuk bertasbih, maka bertasbihlah.
12. Interaksi-interaksi ini akan sangat membantu anda untuk tetap fokus.
13. Saat anda bersujud, ingatlah bahwa posisi ini akan membawa anda lebih dekat kepada Allah. Gunakan kesempatan tersebut untuk berdo'a. Investasikan saat-saat tersebut untuk membaca do'a.

C. Setelah Sholat

e. Saat melakukan tasliim, beristighfarlah kepada Allah seperti saat anda melakukannya selama sholat.
f. Saat anda memuji Allah, berterimakasihlah pada-Nya dari lubuk hati anda bahwa anda mengalami pengalaman akan sholat yang indah di dalam hati anda.
Membiasakan hal ini akan membuat anda lebih siap dalam melakukan sholat berikutnya, karena anda akan selalu ingin fokus dalam sholat.
g. Satu kesempurnaan akan membawa pada kesempurnaan yang lain. Jika sekali seseorang melaksanakan sholat dengan sempurna, maka kemudian dia akan menjadikan dirinya termotivasi untuk melanjutkannya dalam level yang sama.

Semoga Allah mengisi hati kita dengan Khusyu'. Amin.

Beranilah
Bersiaplah untuk berjuang
Bertahanlah
Yakinlah bahwa Islam akan memperoleh Kemenangan.

Takutlah pada Allah dimanapun anda berada di segala waktu dan segala tempat.
Berdirilah untuk Islam bagaimanapun orang suka atau tidak suka.
Dedikasikan diri anda untuk mengubah dunia. Pergilah untuk melawan butiran-butiran (kesewenang-wenangan)
Dunia membutuhkan anda. Anda adalah komunitas terbaik bagi pertumbuhan umat manusia.

Oleh Dr. Mamdouh N Mohamed
Associate Professor pada American Open University

Sunday, December 12, 2010

Tahap Nafsu


Assalamualaikum buat sekalian pembaca..semoga sentiasa di dalam rahmat dan lindungan Allah..Insyaallah,hari ini ana berminat untuk membwa kalian menjelajah ke pembelajaran tasawwuf..Dalam kita mempelajari ilmu tasawwuf, bermakna kita sedang merungkai bagaimanakah cara untuk menyucikan hati..

ya!menyucikan hati adalah teramat sukar..tapi,apa yang paling penting kita hendaklah sentiasa berusaha untuk menyucikan hati..Dalam berusaha menyucikan hati kita seharusnya tahu dimanakah tahap-tahap atau peringkat nafsu kita agar kita bisa melwan nafsu tersebut dengan memperbanyakkan zikir..insyaallah..

jika sebelum ini ana ada menerangkan tentang 3peringkat nafsu yang biasa kita dengar dan kita pelajari di sekolah tetapi hari ini ana akan merungkai 7 peringkat nafsu dari apa yang ana belajar dan dari pembacaan..

Menurut kebanyakkan ahli sufi sebenarnya peringkat nafsu itu boleh kita bahagikan kepada 7 peringkat iaitu
1. Nafsu Amarah
2. Nafsu Lawwamah
3. Nafsu Mulhimah
4. Nafsu Muthmainnah
5. Nafsu Radhiyah
6. Nafsu Mardhiyah
7. Nafsu Kamaliyyah

Nafsu Amarah
Nafsu ammarah merupakan nafsu yang paling rendah tingkatnya dimana nafsu ini yang mengakibatkan diri selalu diselubungi keburukan dan maksiat..Orang yang berada di dalam nafsu ini akan merasa megah dengan dosa yang dilakukannya dan mereka tidak merasa terkilan terhadap dosa dan maksiat yang dilakukan..nauzubillahiminzalik..

Firman Allah di dalam surah Yusuf :53
Dan aku tidak membela diriku(dari kesalahan),kerana sesungguhnya nafsu itu suka menyuruh kepada yang buruk kecuali orang yang diberi rahmat oleh Tuhanku, sesungguhnya Tuhanku Pengampun dan Penyayang..

Nafsu Lawwamah

Nafsu Lawwamah pula meningkat sedikit tahapnya daripada nafsu amarah. Andai pada nafsu amarah tadi ia berasa bangga dengan dosa dan kesilapan yang dilakukan sebaliknya nafsu pada tahap ini pula akan merasa terkilan dan kesal dengan keterlanjuran dosa dan maksiat yang dilakukan serta kekurangannya menunaikan kewajipan..

Di dalam dirinya terasa seperti ada sesuatu yang mencelanya.Tetapi dengan adanya suara celaan dari dalam diri itu menunjukkan ia masih hidup. Ringkasnya bolehlah kita analogikan orang yang mempnuyai nafsu lawwamah ini ialah orang yang mempunyai penyakit dalam hatinya tetapi masih belum parah..

Firman Allah di dalam surah Al-Qiamah :2
Dan aku bersumpah dengan nafsu yang mencela(nafsu lawwamah)

Nafsu Mulhimah

Bagi tingkat nafsu mulhimah pula sesetengah ulama tidak memasukkan tahap ini dalam peringkat nafsu yang dilalui dalam diri manusia. Tetapi ramai juga dari kalangan ulama terutama ahli sufi yang memasukkan peringkat ini seperti yang disyariatkann di dalam al-Quran,yang bermaksud

“Maka diilhamkan kepadanya jalan yang membawa kepada kejahatan dan ketaqwaan

Surah As-Syams:8

Nas diatas pada ammya menjelaskan manusia boleh menerima suatu saranan di dalam dirinya sama ada berunsur kejahatan atau kebaikan. Ini juga menunjukkan diri seseorang sentiasa diilhamkan dua unsur iaitu kejahatan dan kebaikan.

Berdasarkan nas dan sejarah hidup manusia sepanjang zaman membuktikan di dalam diri manusia ada satu daripada dua unsur itu seperti suatu alat yang dapat mengesan suara dari alam ghoib. Fenomena ini adalah reality yang diakui tetapi diragui. Dalam bidang ilmu, fenomena ini diejaki oleh ahli psikologi.
Pelbagai pendapat dan istilah dikemukakan, namun semua kajian meyakini fenomena terbabit sekalipun berbeza dari segi penaksiranyya.

Nafsu Muthmainnah

Nafsu ditahap ini adalah lebih sempurna dimana ia merupakan suatu usaha menyucikan (tazkiyah) dan melakukan jihad(mujahadah) terhadap nafsunya. Hasil dari jihad nafsu yang tabiatnya sentiasa bergelora dan membara tanpa ada batas kepuasan, berpandukan syariat Allah dan jauh daripada maksiat zahir dan batin akhirnya menjadikan diri mencapai ketenangan..

Peringkat ini tidak dapat dirasakan melainkan selepas diri merasakan damai terhadap hokum Allah dan manhajnya, ketentuan qada’ dan qadar, mengingati Allah dan khusyuk dalam ibadah..Malah diri tenang menghadapi konsep kehambaan diri kepada Allah sentiasa kembali kepada Allah dan hatinya pula sejahtera daripada sebarang penyakit.
Selain itu diri dalam peringkat ini juga akan mudah terasa dengan kesalahan dan dosa manakala ukuran dan timbangan terhdap sesuatu amal kebajikan semakin cermat. Kedamaiannya dinikmati oleh diri dan orang disekelilingnya bahkan kadangkala menjadi penaung kepaa mereka yang diburu kerisuan dan keresahan hiup. Diri di peringkat inilah yang mendapat panggilan Ilahi sebagai hamba-Ku dan tentunya akan mendapat ganjaran syurga Allah.

Firman Allah dalam Surah Al-Fajr : 27-30

Wahai orang yang mempunyai jiwa yang sentiasa tenang tetap dengan kepercayaan baiknya, kembalilah kepada Tuhanmu dgn engkau berpuas hati(dgn nikmat yang diberi) lagi diredhoi!Serta masuklah engkau dalam kumpulan hamba-hambaku yang berbahagia dan masuklah ke dalam syurga.

Nafsu Rhodiyah

Nafsu rhodiyah ini nafsu dalam diri orang yang dapat mendiamkan syaitan dari dalam dirinya. Allah menurunkan ketenangan ke dalam hatinya. Diri akan menghayati sifat redho dan menjadi maqamnya namun diri masih bimbang dan berasa belum diterima Allah.

Nafsu Mardiyah

Bagi mereka yang mempunyai tahap nafsu mardhiyah orang ini kini berada di tahap dirinya diredhoi Allah. Diri ditahap ini dapat merasakan maqamnya diterima Allah. Tetapi rasaan ini bukanlah dibuat-buat dan sekadar satu dakwaan sedangkan sebenarnya tidak ada pada dirinya.Rasaan ini adalah pemberian Allah sebagai busyra(khabar gembira) dari Allah kepada hambanya yang diredhoi hidupnya ketika di dunia.

Nafsu Kamaliyah

Nafsu kamaliyah merupakan tingkat nafsu yang terakhir dan tertinggi. Nafsu ini digelar nafsu kamaliyah yang membawa maksud nafsu yang sempurna..Tak banyak yang dapat ana huraikan tentang nafsu kamaliyah tapi cukuplah untuk kita tahu bahawa untuk mencapai tahap nafsu kamaliyah ini maka kita harus bisa menempuh enam yang sebelumnya.

Thursday, December 2, 2010

Ketenangan jiwa yang sebenarnya


BERBAGAI cara dan bentuk usaha manusia dalam mencari ketenangan jiwa. Ada antara mereka yang mencari ketenangan jiwa itu dengan melancong, makan angin, bersukan, merekaseni melukis dan sebagainya.

Ada pula sebilangan orang mendapat kelapangan hati dan terhibur dengan cara bergaul dengan manusia, berinteraksi sesama mereka serta melihat keindahan alam. Ada juga yang mencari ketenangan jiwa itu dengan beribadat seperti membaca Al-Qur‘an, berzikir, bersembahyang dan sebagainya.

Tanpa ketenangan jiwa manusia akan menghadapi banyak risiko bahkan ia akan mendatangkan penyakit jiwa seperti rungsing, resah gelisah dan yang lebih parah lagi kemungkinan besar boleh menyebabkan seseorang itu tidak dapat membuat pertimbangan.

Dalam mencari ketenangan jiwa seseorang itu hendaklah berpandukan syarak supaya ia jangan terbabas. Ketenangan jika dengan melalui permainan, bersuka ria, dengan lagu-lagu, muzik, tari menari, berpesta karaoke atau seumpamanya hanyalah bersifat sementara, bahkan akibatnya akan bertambah-tambah parah. Hanya masa sahaja yang akan menentukannya.

Sudah menjadi fitrah manusia suka berhibur dengan kesenangan dunia seperti bersenang-senang dengan kemewahan, harta benda, anak pinak, bermain, makan minum, pakai dan sebagainya. Bahkan kehidupan dunia juga merupakan pentas permainan dan hiburan bagi manusia. Firman Allah Subhanahu wa Ta‘ala yang tafsirnya :

“Dan tidak (dinamakan) kehidupan dunia melainkan permainan yang sia-sia dan hiburan yang melalaikan”.

(Surah Al-An‘am: 32)

FirmanNya lagi yang tafsirnya :

“Dan di antara tanda-tanda yang membuktikan kekuasaanNya dan rahmatNya, bahawa Dia menciptakan untuk kamu (wahai kaum lelaki) isteri-isteri dari jenis kamu sendiri, supaya kamu bersenang hati dan hidup mesra dengannya, dan dijadikanNya di antara kamu (suami isteri) perasaan kasih sayang dan belas kasihan”.

(Surah Al-Ruum: 21)

Dengan adanya ketenangan jiwa akan memudahkan seseorang itu mengingati Allah dan melakukan ibadat kepadaNya kerana tujuan asal manusia itu diciptakan ialah untuk sentiasa menyembah Allah Subahanahu wa Ta‘ala. Hal ini ditegaskan oleh Allah Subahanahu wa Ta‘ala dalam Al-Qur‘an yang tafsirnya :

“Dan (ingatlah) Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk mereka menyembah dan beribadat kepadaKu”

(Surah Al-Zariat: 56)

Sebagai orang Islam kita hendaklah memahami jalan-jalan yang mesti diikuti dalam mencari hiburan. Al-Qur‘an ada megingatkan kita bahawa orang yang mengutamakan perkara-perkara yang sia-sia dan hiburan yang melalaikan, yang menyesatkan dirinya dan menyesatkan orang lain akan mendapat azab yang menghinakan, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta‘ala yang tafsirnya :

“Dan ada di antara manusia: orang yang memilih serta membelanjakan hartanya kepada cerita-cerita dan perkara-perkara hiburan yang melalaikan; yang berakibat menyesatkan (dirinya dan orang ramai) dari agama Allah dengan tidak berdasarkan sebarang pengetahuan; dan ada pula orang yang menjadikan agama Allah itu sebagai ejek-ejekan; merekalah orang-orang yang akan beroleh azab yang menghinakan”.

(Surah Luqman: 6)

Sifat suka kepada hiburan atau permainan yang melalaikan itu adalah antara paradigma orang bukan Islam. Ini digambarkan oleh firman Allah Subhanahu wa Ta‘ala yang tafsirnya :

“(Orang-orang kafir itu ialah) orang-orang yang menjadikan perkara-perkara ugama mereka sebagai hiburan yang melalaikan dan permainan, dan orang-orang yang telah terpedaya dengan kehidupan dunia (segala kemewahannya dan kelazatannya)”.

(Surah Al-A‘raf: 51)

Orang bukan Islam itu lebih menyukai hiburan dunia yang bertapak semata-mata pada nafsu kerana dunia adalah matlamat hidup mereka seperti juga yang digambarkan oleh Al-Qur‘an yang tafsirnya :

“Dan tentulah mereka akan berkata pula: “Tiadalah hidup yang lain selain dari hidup kita di dunia ini, dan tiadalah kita akan dibangkitkan semula sesudah kita mati”.”

(Surah Al-An‘am: 29)

Sifat hiburan yang mereka sukai itu bukan sahaja melalaikan dan mempesonakan, bahkan lebih banyak membawa kepada perkara-perkara maksiat dan mungkar yang terang-terang menentang kehendak hukum syarak. Apa yang lebih menyedihkan hiburan sedemikian turut menjadi ikutan dan sajian orang-orang Islam yang sepatutnya menolak segala unsur-unsur mungkar dan maksiat itu. Mereka turut terkeliru dengan pujuk rayu orang-orang yang bukan Islam yang mempamerkan hiburan-hiburan palsu sebagai jalan untuk menenangkan jiwa. Namun ketenangan itu cuma seketika, selepas itu kesusahan akan datang kerana ia bertunjangkan fantasi, angan-angan dan khayalan semata.

Inilah persepsi yang difahami oleh sebahagian masyarakat sekarang. Sedangkan maksud hiburan itu sendiri lebih luas .

HIBURAN YANG DIANJURKAN ISLAM

Hiburan sejati ialah hiburan yang bertapak di hati. Ia boleh membawa hati yang tenang. Syarat bagi ketenangan hati itu ialah dengan mengisi keperluan asasinya iaitu iman. Firman Allah Subhanahu wa ta‘ala dalam Al-Qur‘an yang tafsirnya :

“Orang-orang yang beriman dan tenang tenteram hati mereka dengan zikir kepada Allah. Ketahuilah! Dengan zikir kepada Allah itu, tenang tenteramlah hati manusia”.

(Surah Al-Ra‘ad: 28)

Oleh itu orang yang beriman akan mendapat hiburan dengan cara berhubung dengan Allah dengan melaksanakan perintah, kewajipan, melakukan perkara-perkara yang disunatkan seperti zikir, puasa, sedekah dan lain-lain seumpamanya, berinteraksi dengan alam ciptaan Allah, dan menerima segala ketentuan daripada Allah Subhanahu wa Ta‘ala.

Apabila melaksanakan perintah Allah, mereka terhibur kerana merasakan perintah itu datang daripada kekasihnya. Kalau yang menyuruh itu kekasih, tidak ada yang disusahkan bahkan kegembiraan yang akhirnya membawa ketenangan. Mereka rasa seronok dan terhibur dengan ibadah tersebut.

Orang mukmin juga rasa terhibur dengan warna kehidupan yang dicorakkan oleh Allah. Hatinya sentiasa bersangka baik dengan Allah, membuatkannya tidak pernah resah. Apabila diberi nikmat mereka rasa terhibur, lalu bersyukur. Diberi kesusahan, mereka terhibur, lalu bersabar. Mereka yakin dengan firman Allah Subhanahu wa Ta‘ala yang tafsirnya :

“(Katakanlah wahai orang-orang yang beriman: “Ugama Islam yang kami telah sebati dengannya ialah): Celupan Allah (yang mencorakkan seluruh kehidupan kami dengan corak Islam); dan siapakah yang lebih baik celupannya selain daripada Allah? (Kami tetap percayakan Allah) dan kepadaNyalah kami beribadat”.

(Surah Al-Baqarah: 138)

Orang yang beriman juga akan terhibur apabila melihat alam ciptaan Allah Subhanahu wa Ta‘ala. Mereka merasa tenang, bahagia dan gembira melihat pantai, bukit bukau, langit, laut dan sebagainya. Melihat, mendengar dan berfikir tentang keindahan itu sudah cukup bagi mereka merasai keindahan alam dan kebesaran penciptaNya. Sifat sedemikian merupakan sifat orang-orang yang bertaqwa iaitu orang yang berusaha memelihara dirinya daripada menyalahi hukum dan undang-undang Allah Ta‘ala. Firman Allah Subhanahu wa Ta‘ala tafsirnya :

“Sesungguhnya pertukaran malam dan siang silih berganti, dan pada segala yang dijadikan oleh Allah di langit dan di bumi, ada tanda-tanda (yang menunjukkan undang-undang dan peraturan Allah) kepada kaum yang mahu bertaqwa”.

(Surah Yunus: 6)

Selain itu mereka ini dapat menghayati maksud sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang maksudnya:

“Sesungguhnya Allah itu indah. Dia suka keindahan”.

(Hadis riwayat Muslim )

Islam tidak menolak hiburan dari luar selama hiburan luar itu boleh menyumbang dan menyuburkan lagi hiburan dalaman hati dengan syarat ia mematuhi syariat. Alunan ayat suci Al-Qur‘an, selawat yang memuji Nabi, lagu yang menyuburkan semangat jihad, puisi atau syair yang menghaluskan rasa kehambaan kepada Tuhan, pasti akan menyuburkan lagi iman mereka. Firman Allah Subhanahu wa Ta‘ala yang tafsirnya:

“Allah telah menurunkan sebaik-baik perkataan iaitu kitab suci Al-Qur‘an yang bersamaan isi kandungannya antara satu dengan yang lain (tentang benarnya dan indahnya), yang berulang-ulang (keterangannya, dengan berbagai cara); yang (oleh kerana mendengarnya atau membacanya) kulit badan orang-orang yang takut kepada Tuhan mereka menjadi seram; kemudian kulit badan mereka menjadi lembut serta tenang tenteram hati mereka menerima ajaran dan rahmat Allah”.

(Surah Al-Zumar: 23)

FirmanNya lagi yang tafsirnya :

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu (yang sempurna imannya) ialah mereka yang apabila disebut nama Allah (dan sifat-sifatNya) gementerlah hati mereka; dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, menjadikan mereka bertambah iman, dan kepada Tuhan mereka jualah mereka berserah”.

(Surah Al-Anfaal: 2)

Dan firmanNya lagi yang tafsirnya :

“Iaitu orang-orang yang apabila disebut nama Allah, gerun gementarlah hati mereka, dan orang-orang yang sabar terhadap kesusahan yang menimpa mereka, dan orang-orang yang mendirikan sembahyang, serta orang-orang yang mendermakan sebahagian dari rezeki yang Kami berikan kepadanya”.

(Surah Al-Hajj: 35)

Semua ibadat jika dilaksanakan dengan penuh perhatian, pasti akan memberi ketenangan jiwa, lihat sahaja ibadat sembahyang, sekalipun merupakan suatu kewajipan orang Islam, ia juga suatu hiburan yang kekal yang menjadikan hati orang yang beriman dan bertaqwa itu terhibur dengan sembahyang kerana mereka terasa sedang berbisik-bisik, bermesra, mengadu dan merintih dengan kekasih hatinya iaitu Allah Subhanahu wa Ta‘ala.

Hal ini telah dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bahawa dengan sembahyang, hati orang beriman dan bertaqwa sudah terhibur, Baginda bersabda yang maksudnya :

“Di antara kesenangan dunia yang aku sukai ialah wanita, wangi-wangian dan penenang hatiku adalah sembahyang”.

(Hadis riwayat Al-Nasa‘ei)

Dari apa yang telah dibicarakan di atas, jelas kepada kita bahawa Islam tidak melarang umatnya untuk berhibur asalkan tidak menjejaskan kewajipan dan jauh dari segala perkara maksiat dan mungkar. Hiburan yang dilarang oleh agama Islam itu ialah segala bentuk hiburan yang melalaikan atau merugikan, apa lagi hiburan yang menjejaskan kewajipan seorang Islam. Nyanyian, karaoke, tari menari, lebih-lebih lagi tari menari yang yang bercampur lelaki dan perempuan, konsert-konsert nyanyian sekalipun atas nama “amal” tidak akan menghalang hakikatnya sebagai kegiatan yang bertentangan dengan syarak atau konsert nyanyian yang ada sekarang lebih banyak menjurus kepada tidak diredhai oleh Allah. Tujuan amal adalah kata-kata berselindung, seperti berselindung racun di sebalik makanan yang enak, akhirnya akan membunuh orang yang memakannya. Hal sedemikian telah digambarkan oleh Al-Qur‘an yang tafsirnya:

“Maka (fikirkanlah) adakah orang yang diperelokkan kepadanya amal buruknya (oleh syaitan) lalu dia memandangnya dan mempercayainya baik, (bolehkah disifatkan sebagai orang yang menjalankan peraturan yang ditetapkan Allah untuk memberi hidayah kepadanya, atau sebaliknya?)

Kerana sesungguhnya Allah menyesatkan sesiapa yang dikehendakiNya, dan Ia juga memberi hidayah petunjuk kepada sesiapa yang dikehendakiNya”.

(Surah Faatir: 8.)

Apabila di dalamnya bercampur perkara-perkara mungkar atau maksiat maka sesuatu yang haram itu tidak akan menjadi halal hanya sekadar diselubungi dengan tujuan yang baik atau kerana cita-cita itu murni. Dalam kaedah fiqh juga menjelaskan yang maksudnya:

“Di dalam umat ini akan terjadi peristiwa di telan bumi, berubah rupa bentuk dan dilempar dengan batu, Seorang lelaki daripada kalangan kaum muslimin bertanya: “Wahai Rasulullah, bilakah terjadi peristiwa itu?” Baginda bersabda menjawab: “Apabila telah muncul penyanyi-penyanyi perempuan dan alat-alat muzik yang ditiup dan berbagai jenis minuman arak”.

(Hadis riwayat Al-Tirmizi)

Ibnu Hajar dalam kitabnya Al-Zawajir telah menjelaskan bahawa orang-orang yang duduk bersama-sama orang minum arak, orang fasik dan duduk dengan ahli hiburan yang haram (seperti majlis tari menari walaupun dengan isteri sendiri), sedangkan dia berkuasa untuk menegah perkara-perkara tersebut atau berkuasa meninggalkan majlis itu adalah suatu dosa besar.

Menurut Imam Al-Qurtubi pula, sentiasa mendengar nyanyian juga boleh menyebabkan sifat bodoh dan tertolak persaksiannya (syahadah), dan yang lebih ditakuti lagi ialah menyebabkan nifaq, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang maksudnya: “Nyanyian itu menumbuhkan sifat nifaq (munafiq) dalam hati sebagaimana air menumbuhkan sayuran”.

(Hadis riwayat Al-Baihaqi)

Dari itu ingatlah bahawa kehidupan dunia itu hanyalah sementara dan sebagai jalan untuk menuju kebahagiaan di akhirat. Kita perlu sentiasa waspada dan ingat bahawa Allah Subhanahu wa Ta‘ala menyediakan azab bagi orang-orang yang mengutamakan kehidupan dunia semata-mata tanpa menghiraukan larangan-larangan Allah dan RasulNya bahkan lalai dan leka oleh perkara-perkara mungkar dan maksiat. Ini dijelaskan oleh Allah Subhanahu wa Ta‘ala dalam firmanNya yang tafsirnya:

“Ketahuilah bahawa (yang dikatakan) kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah (bawaan hidup yang berupa semata-mata permainan dan hiburan (yang melalaikan) serta perhiasan, juga (bawaan hidup yang bertujuan) bermegah di antara kamu (dengankelebihan, kekuatan dan bangsa keturunan) serta berlumba-lumba membanyakkan hartabenda dan anak pinak; (semuanya itu terhad waktunya) samalah seperti hujan yang (menumbuhkan tanaman yang menghijau subur) menjadikan penanamnya suka dan tertarik hati kepada kesuburannya, kemudian tanaman itu bergerak segar (ke suatu masa yang tertentu), selepas itu engkau melihatnya berupa kuning; akhirnya ia menjadi hancur berkecai; dan (hendaklah diketahui lagi, bahawa) di akhirat ada azab yang berat (disediakan bagi golongan yang hanya mengutamakan kehidupan dunia), dan (ada pula) keampunan besar serta keredaan dari Allah (disediakan bagi orang-orang yang mengutamakan akhirat). Dan (ingatlah, bahawa) kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan bagi orang-orang yang terpedaya”.

(Surah Al-Hadid: 20)

Allah Subhanahu wa Ta‘ala juga mengkhabarkan, apabila umat Islam tidak berpandukan syarak dalam menjalankan segala urusan dunia dan akhiratnya, kadang-kadang timbul sangkaan baik mereka terhadap sesuatu amalnya, pada hal adalah sebaliknya. Jika ada suatu amalan itu mengandungi perkara-perkara yang tidak selaras dengan syarak, maka rosak binasalah segala amal usahanya yang mereka sangka baik itu, dan tidak akan mendapat sebarang harga pada hari kiamat kelak, bahkan mereka akan menerima kehinaan dan azab seksa yang seburuk-buruknya. Hal ini telah diceritakan oleh Allah Subhanahu wa Ta‘ala yang tafsirnya:

“Katakanlah (wahai Muhammad): “Mahukah kami khabarkan kepada kamu akan orang-orang yang rugi serugi-rugi amal perbuatannya? Iaitu orang-orang yang telah sia-sia amal usahanya dalam kehidupan dunia ini, sedang mereka menyangka bahawa mereka sentiasa betul dan baik pada apa sahaja yang mereka lakukan. Merekalah orang-orang yang kufur, ingkar akan ayat-ayat Tuhan mereka dan akan pertemuan denganNya; oleh itu gugurlah amal-amal mereka; maka akibatnya kami tidak akan memberi sebarang timbangan untuk menilai amal mereka pada hari kiamat nanti. (Mereka yang bersifat) demikian, balasannya neraka Jahannam, disebabkan mereka pula kufur ingkar, dan mereka pula menjadikan ayat-ayatKu dan Rasul-rasulKu sebagai ejekan”.

(Surah Al-Kahfi: 103-105)

Popular Posts

Syamim. Powered by Blogger.