Featured Article

Thursday, March 18, 2010

Kisah Seorang Anak Yang Suka Menyakiti Hati Orang Lain


“Jangan suka menyakiti hati orang lain dengan kata-kata kita,” nasihat seorang ibu kepada anaknya.

“Saya tahu itu salah, ibu. Tapi, saya akan cepat minta maaf. Itu satu kelebihan juga, bu?” Kilas si anak.

“Tetapi perbuatan kamu itu menyakitkan hati orang, anakku,” kata ibu itu lagi.

“Saya rasa tidak, saya tidak kejam. Selepas minta maaf, segala-galanya langsai, bu.” Si ibu berfikir. Apakah cara untuk menyedarkan anaknya daripada sifat buruk ini?

“Kalau begitu, kamu ikut cadangan ibu ini. Moga kamu akan fahami maksud ibu nanti.” Tanpa membantah anak itu setuju.

“Begini, setiap kali kamu menyakiti hati seseorang, kamu ketuk sebilah paku ke dinding ini. Kemudian, setelah kamu meminta maaf, kamu cabut semula paku yang kamu ketuk itu!”

“Baik, ibu.” Beberapa bulan berlalu, mereka sama-sama menghadap dinding tersebut. “Lihat ibu, mana ada paku yang tinggal?” Ujar si anak dengan bangga.

“Semuanya telah dicabut. Memang ramai orang yang saya sakiti hati mereka, tetapi semuanya telah memaafkan saya setelah saya meminta maaf.”

“Betul kamu sudah minta maaf dan mereka telah memaafkan, tapi sedarkah kamu…?”

“Maksud ibu?”

“Cuba kamu tengok dinding ini. Semuanya sudah tebuk, calar dan ‘berkematu’. Itulah hati-hati yang telah kamu sakiti. Walaupun kamu sudah dimaafkan, tetapi kesan perbuatan buruk itu masih berbekas di hati mereka. Hati yang dilukai ada parutnya, anakku…”

Si anak merenung dinding yang tebuk-tebuk itu. Sudah tidak indah lagi seperti asalnya. Begitukah hati-hati orang yang telah aku sakiti?

Sumber: iluvislam.com

Tabarruj


Pernah dengar kata tabarruj? Apa maknanya?
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyinggung kata ini dalam firman-Nya:

وَلاَ تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ اْلأُولَى
“Janganlah kalian (wahai istri-istri Nabi) bertabarruj sebagaimana tabarruj orang-orang jahiliah yang awal.” (Al-Ahzab: 33)


وَالْقَوَاعِدُ مِنَ النِّسَاءِ اللاَّتِي لاَ يَرْجُوْنَ نِكَاحًا فَلَيْسَ عَلَيْهِنَّ جُنَاحٌ أَنْ يَضَعْنَ ثِيَابَهُنَّ غَيْرَ مُتَبَرِّجَاتٍ بِزِيْنَةٍ
“Dan perempuan-perempuan tua yang terhenti dari haid dan mengandung, yang tidak memiliki keinginan untuk menikah lagi, maka tidak ada dosa bagi mereka untuk menanggalkan pakaian luar1 mereka dengan tidak bermaksud tabarruj dengan perhiasan yang dikenakan … .” (An-Nur: 60)

Az-Zajjaj Abu Ishaq Ibrahim bin As-Sirri2 rahimahullahu berkata: “Tabarruj adalah menampakkan perhiasan dan segala yang dapat mengundang syahwat laki-laki.” Adapun jahiliah yang awal, ada yang mengatakan masanya dari mulai Nabi Adam ‘alaihissalam sampai zaman Nuh ‘alaihissalam. Ada yang mengatakan dari zaman Nuh ‘alaihissalam sampai zaman Idris ‘alaihissalam. Ada pula yang berpendapat dari zaman ‘Isa ‘alaihissalam sampai zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Pendapat yang lebih mendekati adalah dari zaman Isa ‘alaihissalam sampai zamannya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena merekalah orang-orang jahiliah yang dikenal. Disebut jahiliah yang awal, karena mereka telah ada lebih dahulu sebelum umat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Ma’anil Qur`an wa I’rabuha, 4/171).

Al-Imam Ath-Thabari rahimahullahu juga menyebutkan hal ini dalam tafsirnya. (Jami’ul Bayan fi Ta`wilil Qur`an, 10/294)
Mujahid rahimahullahu berkata: “Seorang wanita berjalan di hadapan orang-orang, itulah yang dinamakan tabarruj jahiliah.”
Qatadah rahimahullahu menambahkan bahwa wanita yang bertabarruj adalah wanita yang keluar rumah dengan berjalan lenggak-lenggok dan genit. (Tafsir Ath-Thabari, 10/294)
Al-Imam Majdudin Abus Sa’adat Al-Mubarak bin Muhammad Al-Jazari atau yang lebih dikenal dengan Ibnul Atsir rahimahullahu menjelaskan makna tabarruj dari hadits:
كاَنَ نَبِيُّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَكْرَهُ عَشْرَةَ خِلاَلٍِ ... (مِنْهَا) التَّبَرُّجُ بِالزِّيْنَةِ لِغَيْرِ مَحَلِّهَا...

“Nabiyullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci sepuluh perangai (perbuatan)… (kemudian disebutkan satu persatunya, di antaranya adalah:) tabarruj dengan perhiasan tidak pada tempatnya.” (HR. Abu Dawud no. 4222. Namun hadits ini mungkar3 kata Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Dha’if Sunan Abi Dawud)

Ibnul Atsir rahimahullahu berkata: “Tabarruj adalah menampakkan perhiasan kepada laki-laki yang bukan mahram (ajnabi). Perbuatan seperti ini jelas tercela. Adapun menampakkan perhiasan kepada suami, tidaklah tercela. Inilah makna dari lafaz hadits, ‘(menampakkan perhiasan) tidak pada tempatnya’.” (An-Nihayah fi Gharibil Hadits)

Dengan keterangan di atas insya Allah menjadi jelas bagi kita apa yang dimaukan dengan tabarruj. Hukumnya pun tampak bagi kita, yakni seorang muslimah dilarang keluar rumah dengan tabarruj.
Namun sangat disesalkan kenyataan yang kita dapatkan di sekitar kita. Berseliwerannya wanita dengan dandanan aduhai, ditambah wangi yang semerbak di jalan-jalan dan pusat keramaian, sudah dianggap sesuatu yang lazim di negeri ini. Bahkan kita akan dianggap aneh ketika mengingkarinya.
Tidak usahlah kita membicarakan para wanita yang berpakaian “telanjang” di jalan-jalan, karena keadaan mereka sudah sangat parah, membuat orang yang takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan hari akhir bergidik dan terus beristighfar. Cukup yang kita tuju para muslimah yang masih punya kesadaran berislam walaupun mungkin setipis kulit ari, hingga mereka menutup rambut mereka dengan kerudung dan membalut tubuh mereka dengan pakaian sampai mata kaki dengan berbagai model. Sangat disesalkan para muslimah yang berkerudung ini ikut berlomba-lomba memperindah penampilannya di depan umum dengan model 'busana muslimah' terkini dan kerudung ‘gaul’ yang penuh pernak-pernik, pendek, dan transparan. Sehingga, berbusana yang sejatinya bertujuan menutup aurat dan keindahan seorang muslimah di hadapan lelaki selain mahramnya, malah justru menonjolkan keindahan. Belum lagi wajah dan bibir yang dipoles warna-warni. Tangan yang dihiasi gelang, jari-jemari yang diperindah dengan cincin-cincin, dan parfum yang dioleskan ke tubuh dan pakaian. Semuanya dipersembahkan di hadapan umum, seolah si wanita berkata, “Lihatlah aku, pandangilah aku…”. Wallahul musta’an…

Semua ini jelas merupakan perbuatan tabarruj yang dilarang dalam Al-Qur`anul Karim. Namun betapa jauhnya manusia dari bimbingan Al-Qur`an!!! Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang para wanita bertabarruj. Namun mereka justru bangga melakukannya, mungkin karena ketidaktahuan atau memang tidak mau tahu.
Bisa jadi ada yang menganggap bahwa larangan tabarruj ini hanya ditujukan kepada istri-istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam karena mereka yang menjadi sasaran pembicaraan dalam ayat 33 dari surat Al-Ahzab di atas. Jawabannya sederhana saja. Bila wanita-wanita shalihah, wanita-wanita yang diberitakan nantinya akan tetap mendampingi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di surga, para Ummahatul Mukminin yang suci itu dilarang ber-tabarruj sementara mereka jauh sekali dari perbuatan demikian, apatah lagi wanita-wanita selain mereka yang hatinya dipenuhi syahwat dunia. Siapakah yang lebih suci, istri-istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ataukah mereka? Bila istri-istri Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang merupakan cerminan shalihah bagi wanita-wanita yang bertakwa itu diperintah untuk menjaga diri, jangan sampai jatuh ke dalam fitnah4 dan membuat fitnah, apalagi wanita-wanita yang lain…

Kalau ada yang menganggap larangan tabarruj itu hukumnya khusus bagi istri-istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam karena mereka adalah pendamping manusia pilihan, kekasih Allah Subhanahu wa Ta’ala, sementara wanita-wanita selain mereka tidak memiliki keistimewaan demikian, maka kita tanyakan: Dari sisi mana penetapan hukum khusus tersebut, sementara alasan dilarangnya tabarruj karena akan menimbulkan fitnah bagi laki-laki?5

Laki-laki yang memang diciptakan punya ketertarikan terhadap wanita, tentunya akan tergoda melihat si wanita keluar dengan keindahannya. Bila tidak ada iman yang menahannya dari kenistaan, niscaya ia akan berpikir macam-macam yang pada akhirnya akan menyeretnya dan menyeret si wanita pada kekejian. Bila tabarruj dilarang karena alasan seperti ini, lalu apa manfaatnya hukum larangan tersebut hanya khusus bagi para istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam? Apakah bisa diterima kalau dikatakan para istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dilarang tabarruj karena mereka wanita mulia yang harus dijaga, tidak boleh menimbulkan fitnah, sementara wanita selain mereka tidak perlu dijaga dan kalaupun bertabarruj tidak akan membuat fitnah??? Di manakah orang-orang yang katanya berakal itu meletakkan pikirannya? Wallahul musta’an.

Al-Imam Abu Bakr Ahmad bin ‘Ali Ar-Razi Al-Jashshash6 rahimahullahu menyatakan bahwa beberapa perkara yang disebutkan dalam ayat ini (Al-Ahzab: 33) dan ayat-ayat sebelumnya merupakan pengajaran adab dari Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap istri-istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai penjagaan terhadap mereka dan seluruh wanitanya kaum mukminin juga dituju oleh ayat-ayat ini7. (Ahkamul Qur`an, 3/471)

Surat An-Nur ayat 60 juga menunjukkan bahwa larangan tabarruj tidak hanya khusus bagi ummahatul mukminin, namun berlaku umum bagi seluruh mukminah. Bila wanita yang sudah tua dan sudah mengalami menopause saja dilarang tabarruj sebagaimana dalam ayat:

غَيْرَ مُتَبَرِّجَاتٍ بِزِيْنَةٍ
“Dengan tidak bermaksud tabarruj dengan perhiasan yang dikenakan…” (An-Nur: 60)

tentunya larangan kepada wanita yang masih muda lebih utama lagi.
Wanita yang keluar rumah dengan tabarruj hendaknya berhati-hati dengan ancaman yang dinyatakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya berikut ini:

صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا بَعْدُ، قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُوْنَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مَائِلاَتٌ مُمِيْلاَتٌ رُؤُوْسُهُنَّ كَأَسْنَمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيْحَهَا وَإِنَّ رِيْحَهَا لَيُوْجَدُ مِنْ مَسِيْرَةِ كَذَا وَكَذَا

“Ada dua golongan dari penduduk neraka yang keduanya belum pernah aku lihat, pertama: satu kaum yang memiliki cemeti-cemeti seperti ekor sapi yang dengannya mereka memukul manusia. Kedua: para wanita yang berpakaian tapi telanjang, mereka menyimpangkan lagi menyelewengkan orang dari kebenaran. Kepala-kepala mereka seperti punuk unta yang miring/condong. Mereka ini tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium wanginya surga padahal wanginya surga sudah tercium dari jarak perjalanan sejauh ini dan itu.” (HR. Muslim no. 5547)




Kedua golongan di atas belum ada di zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun sekarang telah kita dapatkan. Hal ini termasuk mukjizat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, di mana apa yang beliau kabarkan pasti terjadi. (Al-Minhaj, 14/336)
Yang perlu diingat, tidaklah satu dosa diancam dengan keras melainkan menunjukkan bahwa dosa tersebut termasuk dosa besar. Sementara wanita yang keluar rumah dengan berpakaian namun hakikatnya telanjang, yang bertabarruj, berjalan berlenggak lenggok di hadapan kaum lelaki hingga menjatuhkan mereka ke dalam fitnah, dinyatakan tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium bau surga.
Nah, tersisalah pertanyaan: apakah dosa yang diancam seperti ini bisa dianggap remeh? Maka berhati-hatilah!!!


1 Maksudnya pakaian luar yang kalau dibuka tidak menampakkan aurat.
2 Wafat tahun 311 H.
3 Hadits mungkar termasuk dalam hadits yang lemah.
4 Yang dimaksud dengan fitnah di sini adalah sesuatu yang membawa kepada ujian, bala, dan adzab.
5 Terlebih lagi ada hadits yang berbunyi:

مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ

“Tidaklah aku tinggalkan setelahku fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada fitnahnya wanita.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
6 Wafat tahun 370 H.
7 Yakni ayat ini tidak berlaku secara khusus bagi istri-istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam namun juga berlaku bagi wanita muslimah lainnya. Walaupun konteks pembicaraannya memang ditujukan kepada istri-istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun hukum yang disebutkan di dalam ayat berlaku umum.

Sumber : iluvislam.com

Enam Pertanyaan Imam Al-Ghazali


1. Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia?
2. Apakah yang paling jauh daripada diri kita di dunia?
3. Apakah yang paling besar di dunia?
4. Apakah yang paling berat di dunia?
5. Apakah yang paling ringan di dunia?
6. Apakah yang paling tajam di dunia?

Pada suatu hari Imam Ghazali berkumpul bersama-sama dengan murid-muridnya lalu beliau bertanya beberapa soalan:

PERTAMA : beliau bertanya apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia lalu muridnya menjawab :"Orang tua, guru, kawan dan sahabat". Imam Ghazali menjelaskan bahawa semua jawapan yang diberikan adalah benar tetapi jawapan yang paling tepat sekali bagi soalan ini ialah 'mati'. Sila rujuk surah Ali 'Imran ayat 185.

KEDUA : beliau bertanya apakah yang paling jauh daripada diri kita di dunia lalu muridnya menjawab :" negara China, bulan, matahari dan bintang". Lalu Imam Ghazali menegaskan bahawa semua jawapan yang diberi adalah betul tetapi yang paling betul ialah 'masa lalu'. Walau dengan apa cara sekali pun kita tidak akan dapat kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita mesti menjaga hari ini dan hari mendatang dengan amalan soleh agar kita tidak sesal di kemudian hari nanti.

KETIGA : beliau bertanya tentang apakah yang paling besar di dunia ini lalu muridnya menjawab: " Gunung, bumi, matahari". Lalu Imam Ghazali menjelaskan bahawa semua jawapan yang diberi adalah tepat tetapi yang paling tepat ialah 'nafsu'. Maka kita mesti berhati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu mengheret kita ke neraka jahanam. Rujuk surah al-A'raf ayat 179

KEEMPAT : beliau bertanya tentang apakah yang paling berat di dunia lalu muridnya menjawab :" besi, gajah". Imam Ghazali mengatakan bahawa semua jawapan adalah benar tetapi yang paling benar ialah 'menanggung amanah'. Segala tumbuhan, binatang, gunung ganang tidak sanggup memikul amanah tetapi manusia sanggup memikulnya ketika Allah meminta untuk memikul amanah khalifah di bumi. Manusia ramai yang rosak dan binasa kerana tidak mampu memikul amanah dengan baik akibat kecuaian dan kedegilan mereka dalam mengikut lunas yang telah ditetapkan oleh syarak.

KELIMA : beliau menyoal tentang apakah yang paling ringan di dunia lalu muridnya menjawab :" Kapas, angin, debu dan awan". Imam Ghazali menyatakan bahawa semua jawapan yang diberi adalah benar tetapi yang paling benar ialah 'meninggalkan sembahyang' kerana manusia sering mempermudah dan meringankan sembahyang disebabkan terlalu mementingkan urusan dunia.

KEENAM : beliau bertanya tentang apakah yang paling tajam di dunia lalu muridnya menjawab:''Pedang". Imam Ghazali mengatakan bahawa jawapan itu adalah betul tetapi yang paling betul ialah 'lidah manusia' di mana disebabkan lidah maka manusia suka menyakiti dan melukai perasaan orang lain sehingga berlakunya perbalahan dan perpecahan.

11 Jenis Manusia Yang Didoa Malaikat


PERCAYA kepada malaikat adalah antara rukun iman. Ada malaikat yang ditugaskan berdoa kepada makhluk manusia dan sudah tentu seseorang yang didoakan malaikat mendapat keistimewaan. Dalam hidup, kita sangat memerlukan bantuan rohani dalam menghadapi ujian yang kian mencabar. Bantuan dan sokongan malaikat sangat diperlukan.

Ketika kita menghadapi masalah, kerumitan, keperluan dan bimbingan, bukan saja kita perlukan kekuatan doa dari lidah, tetapi juga sokongan malaikat. Antara orang yang mendapat doa malaikat ialah:

1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci.

Rasulullah s.a.w bersabda, maksudnya:

"Sesiapa yang tidur dalam keadaan suci, malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa: "Ya Allah, ampunilah hamba-Mu si fulan kerana tidur dalam keadaan suci."

2. Orang yang sedang duduk menunggu waktu solat.

Rasulullah s.a.w bersabda maksudnya:

"Tidaklah salah seorang antara kalian yang duduk menunggu solat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali kalangan malaikat akan mendoakannya: 'Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia.'"

3. Orang yang berada di saf depan solat berjemaah.

Rasulullah s.a.w bersabda, maksudnya:

"Sesungguhnya Allah dan kalangan malaikat-Nya berselawat ke atas (orang) yang berada pada saf depan."

4. Orang yang menyambung saf pada solat berjemaah:

Rasulullah s.a.w bersabda, maksudnya:

"Sesungguhnya Allah dan kalangan malaikat selalu berselawat kepada orang yang menyambung saf."

5. Kalangan malaikat mengucapkan 'amin' ketika seorang imam selesai membaca Al-Fatihah.

Rasulullah s.a.w bersabda maksudnya:

"Jika seorang imam membaca...(ayat terakhir al-Fatihah sehingga selesai), ucapkanlah oleh kamu 'aamiin' kerana sesiapa yang ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, dia akan diampuni dosanya yang lalu."

6. Orang yang duduk di tempat solatnya selepas melakukan solat.

Rasulullah s.a.w bersabda, maksudnya:

"Kalangan malaikat akan selalu berselawat kepada satu antara kalian selama ia ada di dalam tempat solat, di mana ia melakukan solat."

7. Orang yang melakukan solat Subuh dan Asar secara berjemaah.

Rasulullah s.a.w bersabda maksudnya:

"Kalangan malaikat berkumpul pada saat solat Subuh lalu malaikat (yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga Subuh) naik (ke langit) dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. "Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu solat Asar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga solat Asar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal lalu Allah bertanya kepada mereka: "Bagaimana kalian meninggalkan hamba-Ku?" Mereka menjawab: 'Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan solat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan solat, ampunilah mereka pada hari kiamat.' "



8. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa pengetahuan orang yang didoakan.

Rasulullah s.a.w bersabda, maksudnya:

"Doa seorang Muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa pengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, malaikat itu berkata 'aamiin dan engkau pun mendapatkan apa yang ia dapatkan.'"

9. Orang yang membelanjakan harta (infak).

Rasulullah s.a.w bersabda, maksudnya:

"Tidak satu hari pun di mana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali dua malaikat turun kepadanya, satu antara kedua-duanya berkata: 'Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak...'"

10. Orang yang sedang makan sahur.

Rasulullah s.a.w bersabda maksudnya:

"Sesungguhnya Allah dan kalangan malaikat-Nya berselawat kepada orang yang sedang makan sahur."

11. Orang yang sedang melawat orang sakit.

Rasulullah s.a.w bersabda, maksudnya:

"Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70,000 malaikat untuknya yang akan berselawat kepadanya di waktu siang hingga petang dan di waktu malam hingga Subuh."

Sumber: Harian Metro

Wednesday, March 17, 2010

Kisah Para Wali Allah


Wali Dituduh Mencuri

Kisah ini di cerikakan oleh Zin-Nun rahimahlah di mana pada suatu hari beliau bercadang untuk pergi ke seberang laut untuk mencari barang yang di hajatinya. Setelah persiapan diatur, beliau telah membeli tiket untuk menaiki kapal untuk menuju ke tempat yang dihajatinya. Kapal yang di naiki oleh Zin-Nun penuh sesak dengan orang ramai. Di antara penumpang-penumpang yang menaiki kapal tersebut, ada seorang pemuda yang sangat kacak paras rupanya, wajahnya bersinar cahaya. Pemuda itu duduk di tempat duduk dengan tenang sekali, tidak seperti penumpang lain yang kebanyakkannya mudar-mandir di atas kapal itu.

Keadaan di dalam kapal tersebut agak panas kerana suasana di dalam kapal tersebut penuh sesak dengan orang ramai. Pada peringkat permulaan pelayaran, keadaannya berjalan dengan lancar sekali kerana keadaan laut tidak bergelombang dan angain bertiup tidak terlalu kencang. Suasana di dalam kapal ketika itu sangat tenang, kerana penumpang dengan hal masing-masing, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan pengumuman yang di buat oleh kapten kapal tersebut bahawa dia telah kehilangan satu barang yang sangat berharga. Satu pemeriksaan akan dijalankan sedikit masa lagi. Semua penumpang di ingatkan supaya duduk di tempat masing-masing.

Keadaan di dalam kapal tersebut telah menjadi hingar-bingar kerana penumpang sibuk bercakap dan berpandangan di antara satu sama lain. Masing-masing membuat andaian tersendiri mengenai kehilangan barang tersebut. Tidak berapa lama kemudian, pemeriksaan di lakukan seorang demi seorang, semua beg, barang-barang digelidah tetapi tidak menjumpai barang yang di cari. Akhirnya sampai kepada pemuda yang disebutkan oleh Zin- Nun. Oleh kerana pemuda itu orang terakhir yang di periksa, pada anggapan orang ramai dan pegawai pemeriksa sudah tentu pemuda ini yang mencuri barang tersebut. Maka pemuda itu di perlakukan dengan kasar sekali di dalam pemeriksaan tersebut, pemuda itu memprotes di atas tindakan kasar yang di lakukan oleh pegawai pemeriksa sambil berkata, bahawa dia bukannya seorang pencuri, Dengan protes tersebut, ia menambahkan lagi syak wasangka pegawai dan kapten tersebut.

Oleh kerana tidak tahan dengan kekasaran yang di lakukan oleh pemeriksa tersebut, maka pemuda itu terjun ke laut, yang menghairankan orang ramai yang memerhatikan tingkah laku pemuda itu ialah pemuda itu tidak tenggelam di dalam laut, mala ia duduk di atas permukaan air. Pemuda itu berdoa kepada Allah dengan suara yang keras sekali "Ya Allah, mereka sekalian menuduhku pencuri, demi ZatMu, wahai tuhan yang membela orang teraniaya, perintahkan ikan-ikan di laut supaya timbul dan membawa permata-mata berharga di mulutnya".

Tidak lama kemudian, dengan kuasa Allah beribu-ribu ikan timbul dan kelihatan di mulutnya batu-batu permata yang berkilauan cahayanya. Semua orang yang berada di atas kapal bersorak dan menepuk tangan kepada pemuda itu. kapten kapal dan pegawainya sungguh terperanjat dan bingung seolah-oleh tidak percaya apa yang telah mereka telah lihat.

Pemuda itu berkata "Apakah kamu sekalian masih menuduhku sebagai pencuri pada hal perbendaharaan Allah ada di tanganku dan jika mahu aku boleh mengambilnya". Kemudian pemuda itu menyuruh ikan-ikan tersebut kembali ke tempat asal mereka dan pemuda itu berdiri dan berlari di atas air dengan cepat sekali sambil menyebut ayat ke- 4 surah Al Fatihah yang bermaksud 'Hanya kepada Mulah aku menyembah dan hanya kepada Mu pula aku meminta bantuan'.

Penjual Kipas

Kisah ini diceritakan oleh seorang Wali Allah di mana dia mempunyai seorang kawan yang sangat baik paras rupanya dan berbudi luhur. Dia mempunyai seorang isteri dan hidup dalam keadaan sederhana tetapi sangat bahagia. Kerjanya setiap hari adalah membuat kipas dari bulu burung dan menjualnya di pasar.

Saya sering menziarahinya disamping mengharapkan doanya. Setiap kali saya menziarahinya saya dapati banyak bulu-bulu burung yang cantik dan jarang dijumpai berselerak di atas lantai. Pada suatu hari saya bertanya kepada kawan saya, "Wahai saudaraku, dari mana engkau memperolehi bulu-bulu burung itu sedangkan saya tidak pernah melihat saudara keluar mencarinya".

Kawan saya menjawab dengan tersenyum, katanya, "Allah s.w.t telah menugaskan malaikatNya untuk mengirimku bulu-bulu burung ini setiap hari Jumaat, sebagai rezeki untuk keluargaku" sambungnya lagi " Dari bulu-bulu burung inilah aku membuat kipas dan menjualnya di pasar kepada sesiapa yang memerlukannya.

Setelah beberapa lama saya tidak berjumpa dengan dia terasa pula rindu untuk bertemu dengannya. Pada suatu hari saya pergi ke pasar dengan tujuan untuk menziarahi kawan saya itu. Setelah tiba di sana saya dapati kawan saya tidak ada di tempat ia selalu menjaja dagangannya. Puas saya mencari di sana sini tetapi tidak berjumpa, lalu saya bertanya kepada orang-orang yang berjaja di situ, mereka berkata bahawa kawan saya itu telah lama tidak datang untuk menjual dagangannya.

Saya begitu kecewa kerana tidak dapat bertemu dengannya. Saya mengambil keputusan untuk pergi ke rumahnya. Tiba di rumahnya saya dapati keadaan sunyi sepi dan saya memberanikan diri untuk mengetuk pintu dan memberi salam. Tidak lama kemudian saya mendengar suara isterinya bertanya "Siapa di luar itu?" saya menjawab "Sahabat dari suami kamu, saya amat rindu untuk bertemu dengannya". "Adakah ia berada dirumah?" tanya saya lagi. Isterinya menjawa "Ia, dia ada di dalam, tetapi sedang sibuk berzikir dengan Allah Azzawajalla".

Isterinya membuka pintu dan mempersila masuk. Saya merayu supaya mengizinkan saya bertemu dengannya kerana saya amat rindu sekali dengannya. Isterinya pun segera masuk dan mendapatkan suaminya dan tidak lama kemudian ia kembali seraya berkata "Masuklah". Saya masuk dan menuju tempat yang di tunjukkan oleh isterinya. Saya melihat kawan saya berada di suatu tempat yang khusus di bina untuk beramal ibadat. Apabila melihatku segeranya bangun dan memeluku dengan erat sekali, kelihatan sekali di wajahnya nur dan cahaya kebahagian.

Kami pun berbual agak lama juga dan tidak lama kemudian saya di hidang dan di jamu dengan makanan yang sungguh lazat rasanya. Belum pernah saya merasa minuman dan makanan yang sedemikian lazat kerana saya tidak pernah melihat makanan sedemikian di dunia ini. Saya berfikir mungkin makanan ini didatangkan khusus dari syurga.

Setelah lama berbual saya memberanikan diri untuk bertanya "Kenapakah kamu tidak lagi berjaja daganganmu di pasar, apakah ia tidak laku lagi?" Kawan saya tersenyum dan berkata "Tidak, tidak bukan kerana itu" "Habis kenapa? Dengan tidak sabar lagi saya bertanya keran ingin mengetahui keadaan sebenarnya". "Sebenarnya saya mengalami suatu peristiwa aneh" katanya. "Peristiwa aneh, apakah yang dimaksudkan oleh saudara" saya terus mendesak.

"Begini ceritanya" jawab kawan saya. Dia pun mula bercerita. Pada suatu hari saya pergi ke pasar seperti biasa untuk menjual kipas daripada bulu-bulu burung, tetapi tidak satu pun yang laku. Sedangkan pada hari itu saya benar-benar tidak mempunyai apa-apa pun untuk menyara hidup keluarga saya. Saya mengambil keputusan untuk menjaja dangangan saya ke sebuah kampung tempat tinggal orang-orang kaya, tiba-tiba saya terdengar suara orang memanggil, saya mencari-cari suara itu dan mendapati ianya datang dari sebuah bangunan yang tinggi dan saya terus mendongak dan mendapati seorang wanita memanggil untuk melihat kipas buatan saya.

Saya terus mengikuti perempuan itu dan dibawanya naik ke tingkat atas sekali bangunan itu. Saya dapati hiasan di dalamnya sungguh cantik, lantainya di alas dengan karpet yang tebal sekali,dan bau ruangan itu sungguh harum. Ditengah-tengan ruangan itu terdapat sebuah katil yang di ukir indah dan bertatah dengan intan permata. Kelambunya berbunga emas dan perak.

Tiba-tiba saya terkejut ditegur oleh seorang wanita yang sungguh cantik, seluruh tubuh badannya dihiasi dengan bermacam-macam perhiasan. Wanita itu merenung saya dan seluruh badan saya menjadi gementar lalu saya memejamkan mata kerana tidak sanggup bertentang mata dengannya. "Selamat datang wahai tamuku" kata wanita itu "Mulai malam ini kamu akan di layan selama tiga hari tiga malam, aku akan memberi kepuasan kepada kamu dengan pelbagai kenikmatan yang kamu tidak akan bertemu sepanjang hayatmu" sambung wanita itu lagi.

"Apa maksudmu?" tanya saya. "Aku akan memberi kepuasan syurga, yang anda tidak akan menyesal seumur hidup anda" jawab wanita itu. Saya merasa takut sekali dan meminta supaya Allah menjauhkan aku daripada pekerjaan terkutuk ini. Saya cuba mencari helah namun dia terus memaksa saya supaya menuruti kehendahnya. Saya tidak dapat mengelak lagi dan akhirnya saya terpaksa bersetuju dengan kehendaknya.

Saya meminta izin dari wanita itu untuk naik kebumbung bangunan itu, dan berjanji akan kembali lagi selepas itu. Wanita itu berkata " Biarlah saya menemani dan membantu anda, jika ingin membuang air" "Tidak" jawab saya dengan tegas. "Saya cuma ingin melihat dan meninjau keadaaannya saja" sambung saya lagi. Wanita itu berkata "Anda tidak boleh pergi ke mana-mana kerana semua pintu telah di kunci ". Saya terus memujuk dan berjanji akan kembali lagi. Lama kelamaan wanita itu bersetuju dan membenarkan saya naik.

Saya terus naik ke atas dan mendapati bangunan itu sungguh tinggi sekali dan saya terus berdoa "Ya Allah, Engkau amat mengetahui tentang urusanku, mati adalah lebih baik bagiku daripada melakukan maksiat yang terkutuk terhadapMu". Saya berfikir sejenak, lalu saya mengambil keputusan dan terus terjun daripada bangunan yang tinggi itu. Tiba-tiba datang satu lembaga telah menyambut dan saya jatuh di atas sayapnya. Lembaga itu tidak lain tidak bukan adalah malaikat yang di utuskan Allah untuk menyelamatkan saya. Dalam sekelip mata saya telah berada di rumah saya. Saya bersyukur kepada Allah s.w.t atas pertolonganNya dan menyelamatkan saya daripada pekerjaan yang terkutuk itu.

Solat Diatas Air

Sebuah kapal yang sarat dengan muatan dan bersama 200 orang temasuk ahli perniagaan berlepas dari sebuah pelabuhan di Mesir. Apabila kapal itu berada di tengah lautan maka datanglah ribut petir dengan ombak yang kuat membuat kapal itu terumbang-ambing dan hampir tenggelam. Berbagai usaha dibuat untuk mengelakkan kapal itu dipukul ombak ribut, namun semua usaha mereka sia-sia sahaja. Kesemua orang yang berada di atas kapal itu sangat cemas dan menunggu apa yang akan terjadi pada kapal dan diri mereka.

Ketika semua orang berada dalam keadaan cemas, terdapat seorang lelaki yang sedikitpun tidak merasa cemas. Dia kelihatan tenang sambil berzikir kepada Allah S.W.T. Kemudian lelaki itu turun dari kapal yang sedang terumbang-ambing dan berjalanlah dia di atas air dan mengerjakan solat di atas air.
Beberapa orang peniaga yang bersama-sama dia dalam kapal itu melihat lelaki yang berjalan di atas air dan dia berkata, "Wahai wali Allah, tolonglah kami. Janganlah tinggalkan kami!" Lelaki itu tidak memandang ke arah orang yang memanggilnya. Para peniaga itu memanggil lagi, "Wahai wali Allah, tolonglah kami. Jangan tinggalkan kami!"

Kemudian lelaki itu menoleh ke arah orang yang memanggilnya dengan berkata, "Apa hal?" Seolah-olah lelaki itu tidak mengetahui apa-apa. Peniaga itu berkata, "Wahai wali Allah, tidakkah kamu hendak mengambil berat tentang kapal yang hampir tenggelam ini?"
Wali itu berkata, "Dekatkan dirimu kepada Allah."
Para penumpang itu berkata, "Apa yang mesti kami buat?"
Wali Allah itu berkata, "Tinggalkan semua hartamu, jiwamu akan selamat."
Kesemua mereka sanggup meninggalkan harta mereka. Asalkan jiwa mereka selamat. Kemudian mereka berkata, "Wahai wali Allah, kami akan membuang semua harta kami asalkan jiwa kami semua selamat."

Wali Allah itu berkata lagi, "Turunlah kamu semua ke atas air dengan membaca Bismillah."
Dengan membaca Bismillah, maka turunlah seorang demi seorang ke atas air dan berjalan menghampiri wali Allah yang sedang duduk di atas air sambil berzikir. Tidak berapa lama kemudian, kapal yang mengandungi muatan beratus ribu ringgit itu pun tenggelam ke dasar laut.
Habislah kesemua barang-barang perniagaan yang mahal-mahal terbenam ke laut. Para penumpang tidak tahu apa yang hendak dibuat, mereka berdiri di atas air sambil melihat kapal yang tenggelam itu.

Salah seorang daripada peniaga itu berkata lagi, "Siapakah kamu wahai wali Allah?"
Wali Allah itu berkata, "Saya ialah Awais Al-Qarni."
Peniaga itu berkata lagi, "Wahai wali Allah, sesungguhnya di dalam kapal yang tenggelam itu terdapat harta fakir-miskin Madinah yang dihantar oleh seorang jutawan Mesir."
WaliAllah berkata, "Sekiranya Allah kembalikan semua harta kamu, adakah kamu betul-betul akan membahagikannya kepada orang-orang miskin di Madinah?"
Peniaga itu berkata, "Betul, saya tidak akan menipu, ya wali Allah."

Setelah wali itu mendengar pengakuan dari peniaga itu, maka dia pun mengerjakan solat dua rakaat di atas air, kemudian dia memohon kepada Allah S.W>T agar kapal itu ditimbulkan semula bersama-sama hartanya.
Tidak berapa lama kemudian, kapal itu timbul sedikit demi sedikit sehingga terapung di atas air. Kesemua barang perniagaan dan lain-lain tetap seperti asal. Tiada yang kurang.
Setelah itu dinaikkan kesemua penumpang ke atas kapal itu dan meneruskan pelayaran ke tempat yang dituju. Apabila sampai di Madinah, peniaga yang berjanji dengan wali Allah itu terus menunaikan janjinya dengan membahagi-bahagikan harta kepada semua fakir miskin di Madinah sehingga tiada seorang pun yang tertinggal. Wallahu a'alam.

Penambang dan Wali Allah

Kisah kali ini ialah mengenai seorang Penambang yang mana kerjanya setiap hari mengambil upah menghantar orang ramai menyeberangi sungai dengan menggunakan perahu. Pada suatu hari datang seorang tua yang tidak dikenali oleh beliau kerana orang ini bukanlah berasal dari penduduk tempatan yang sentiasa menaiki perahunya berulang alik menyeberangi sungai tersebut. Orang tua ini meghampiri Tukang Penambang seraya berkata "Bolehkah kamu membawa aku ke seberang sana dengan hati yang ikhlas". Jawab Tukang Penambang, "Aku sanggup membawa tuan menyeberangi sungai ini dengan perahu ku ini secara ikhlas dan saya tidak akan mengenakan sebarang bayaran kepada tuan".

Orang tua itu terus menaiki perahu dan penambang tadi mengayuhkan perahunya untuk menyeberangi sungai tersebut. Satelah sampai ditebing sana, orang tua tadi menanyakan kepada Penambang "Bolehkah saudara menerima amanah". Kata penambang "Boleh, apakah perkara itu". Orang tua itu menghulurkan bungkusan kain dan sebatang tongkat dan disambut oleh Penambang dengan hati yang terbuka.

Setelah Penambang mangambil barang-barang yang diserahkan oleh orang tua tadi lalu berkata orang tua tersebut kepada penambang. "Esok sekitar waktu tengahari, kamu akan menemui aku meninggal dunia dibawah pokok itu" sambil menunjukkan kearah pokok yang dimaksudkan. Orang tua itu berkata lagi "Kamu hendaklah menguruskan jenazah ku dan kamu kafanlah aku dengan kain yang berlapik dibawah kepalaku". Penambang tadi terpegun mendengar kata-kata tersebut, dan sambil berkata didalam hati, apakah betul orang tua ini, dan bagaimana mungkin dia mengetahui bahawa dia akan menginggal dunia pada esok harinya.

Penambang tadi berkata, "Bagaimana dengan bungkusan dan tongkat ini". Orang tua itu berkata "Kamu tidak perlu risau tentang perkara ini kerana akan datang seorang pemuda kepada kamu dan berilah kepadanya jika ia menanya tentang bungkusan dan tongkat ini". Orang tua tersebut terus berlalu dari situ.

Pada waktu malamnya penambang tadi tidak dapat tidur dengan nyenyak kerana memikirkan kejadian pada siang harinya. Pada esoknya penambang tadi bekerja seperti biasa. Apabila sampai masa yang dikatakan oleh orang tua tersebut penambang terus pergi ke pokok yang dinyatakan dan alangkah terkejutnya beliau kerana apa yang dikatakan adalah benar, lalu ia menghampiri tubuh yang terbaring dibawah pokok, setelah mengamati ternyata orang tua tersebut telah meninggal dunia. Setelah jenazah selesai dikebumikan, Penambang tadi balik kerumah tanpa bekerja pada hari tersebut.

Selang beberapa hari datang seorang pemuda dan bertanya kepada Penambang, "Adakah kamu ada menyimpan barang-barang yang ditinggalkan oleh seorang tua". "Ada", kata penambang dan beliau berkata lagi, "Bagaimana kamu tahu saya ada menyimpan barang-barang tersebut". Pemuda tadi menceritakan bahawa beliau adalah seorang yang banyak melakukan maksiat, kerjanya menyanyi dan menghibur orang. Pada suatu malam ketika saya sedang tidur, saya bermimpi bahawa seorang Wali Allah telah meninggal dunia dan meninggalkan bungkusan dan sebatang tongkat. Suara tersebut menyuruh saya pergi mengambil barang-barang tersebut kerana Allah telah memilih saya untuk menggantikan tempat Wali tersebut.

Pemuda tadi terus mengambil barang-barang yang diamanahkan kepada penambang dan berlalu dari situ.

Hamba Yang Ajaib

Pada suatu hari Abdul Wahid bin Zaid r.a berjalan-jalan dipasar tiba-tiba ia terlihat seorang hamba yang sedang dijual. Hamba tersebut melihat Abdul Wahid dengan mata yang tajam lalu Abdul Wahid teringin untuk membeli hamba tersebut untuk membuat kerja-kerja dirumahnya. Hamba ini adalah seorang yang taat dan sentiasa melakukan kerja-kerja dengan tekun sekali.

Abdul Wahid merasa hairan tentang perangai hamba ini kerana diwaktu siang ia bekerja dengan tekun manakala diwaktu malam ia tidak ada dirumah walaupun puas Abdul Wahid mencarinya sedangkan pintu rumah sentiasa tertutup dan tidak ada tanda-tanda bahawa pintu telah dibuka. Pada waktu pagi hamba tersebut telah berada kembali didalam rumah dan menyerahkan satu keping wang dirham yang terukir surah Al-Ikhlas diatasnya. Apabila ditanya oleh Abul Wahid, hamba tersebut menjawab " saya akan memberi kepada tuan setiap hari satu keping wang dirham asalkan tuan jangan bertanya kemana saya pergi". Abdul Wahid menerimanya dan tidak mengambil tahu lagi hal tersebut.

Satelah sekian lama perkara tersebut berlalu, pada suatu hari datang seorang teman Abdul Wahid dan memberi tahu bahawa kerja hambanya setiap malam adalah menggali kubur orang yang maninggal dunia. Abdul Wahid amat terkejut diatas apa yang diberi tahu oleh kawanya, tetapi dia tidak percaya. Abdul Wahid berjanji akan menyiasat perkara terlebih dahulu.

Pada suatu malam salepas sembahyang Isyak, Abdul Wahid mengintai gerak geri hambanya tanpa diketahui bahawa dia sedang dintip. Abdul Wahid nampak hambanya menuju ke pintu hanya dengan menunjukkan jarinya sahaja pintu tersebut terbuka dengan sendirinya sambil diperhatikan oleh Abdul Wahid dengan kehairanan. Satelah hambanya keluar pintu tersebut tertutup kembali dengan sendirinya. Abdul Wahid terus mengekori hambanya sehingga sampai kesuatu tempat yang lapang (padang pasir). Hambanya terus menukarkan pakaiannya dengan pakaian lain yang diperbuat daripada kain guni. Hamba tersebut terus menunaikan solat sehingga terbit fajar. Satelah selesai solat hamaba tersebut menadah tangan kelangit dan memohon doa kepada yang Maha Berkuasa dengan berkata "wahai tuanku yang besar berilah upah kepada tuanku yang kecil". Selesai ia berdoa jatuhlah sekeping wang dirham dari langit dan diambil oleh hamba tersebut. Abdul Wahid memerhati hambanya dengan perasaan hairan dan takjub sekali.

Oleh kerana hari sudah hampir siang, Abdul Wahid mencari air disekitarnya untuk berwudud dan menunaikan solat Subuh. Semasa beliau berdoa dia berjanji akan memerdekakan hambanya kerana hamba yang saleh spertinya tidak seharusnya menghambakan diri kepada sesama manusia. Selesai berdoa Abdul Wahid mencari hambanya tetapi tidak berjumpa dia telah menghilangkan diri dengan bagitu cepat sekali. Abdul Wahid cuba mencari jalan untuk pulang kerumahnya tetapi tidak berjumpa kerana tempat tersebut asing baginya. Dengan perasaan cemas dan menyesal diatas tindakannya dan dalam keadaan mundar mandir yang tidak menentu tiba-tiba dia ternampak bayang-bayang dari jauh orang berkuda sedang menuju kearah beliau.

Dengan parasaan tidak sabar, Abdul Wahid menunggu ketibaan orang tersebut dan apabila sampai ketempat beliau, orang berkuda tersebut bertanya "apakah yang kamu buat ditengah- tengah padang pasir ini wahai Abdul Wahid". Abdul Wahid kehairanan dan berkata didalam hatinya, bagaimanakah orang ini mengetahui nama aku. Abdul Wahid menceritakan kepada orang berkuda apa yang telah berlaku. Orang berkuda itu berkata lagi "janganlah kamu berasa curiga terhadap apa yang berlaku" Abdul Wahid mengangguk-ngangguk sahaja apa yang dikatakan oleh orang berkuda tadi. Orang berkuda berkata lagi " tahukah kamu berapa jauh rumah kamu dangan tempat ini" jawab Abdul Wahid " saya tidak tahu". "Jaraknya adalah dua tahun perjalanan dengan kuda yang berlari dengan cepat" kata orang berkuda. Abdul Wahid kehairan dengan kata-kata orang berkuda tadi dan berkata didalam hati semasa aku mengikuti hambaku malam tadi hanya beberapa mini sahaja perjalannya kemari.

Sebelum berlalu orang berkuda tersebut memesan kepada Abdul Wahid supaya mengunggu disini dan jangan kemana-mana, nanti malam hamba mu akan datang dan kamu bolehlah mengikutinya pulang nanti. Abdul Wahid menunggu sahaja disitu seperti yang dipesan oleh orang berkuda tadi. Semasa menuggu Abdul Wahid sudah beberapa kali tertidur dan terjaga kerana keletihan dan kehausan. Apabila Abdul Wahid tersedar dari tidurnya dia mendapati makanan dan minuman telah terhidang disisinya dan hambanya juga berada disitu. Hambanya mempelawa Abdul Wahid makan makanan yang telah terhidang. Tanpa bekata apa-apa Abdul Wahid makan dengan lahapnya kerana tersangat lapar dan dahaga. Hambanya berkata kepada Adul Wahid "janganlah tuan mengulangi lagi pebuatan ini dan tunggulah disini sehingga saya selesai solat". Hambanya terus mengerjakan solat sehingga terbit fajar. Satelah selesai sembahyang hambanya berdoa seperti malam sebelumnya , tiba-tiba jatuh sekeping dirham dari langit dan diberikan kepada Abdul Wahid dan ianya mengambilnya satu dirham lagi dari sakunya seraya berkata "ini wang dirham untuk malam tadi".

Satelah selesai hambanya memimpin Abdul Wahid dan berjalan dengan cepatnya dan tidak sampai beberapa saat mereka telah tiba dihadapan rumah Abdul Wahid. Hambanya bertanya kepada Abdul Wahid "betulkah tuan akan memerdekakan saya kerana Allah Taala" jawab Abdul Wahid "benar" Lalu hambanya menunjukkan kepada batu penyendal pintu dan menyatakan bahawa ia adalah wang tebuhannya. Abdul Wahid merasa hairan bagaimnana batu yang telah lama berada disitu dijadikan wang tebusan. Lalu Abdul Wahid mengambil batu tersebut dan dengan serta merta batu tersebut bertukar menjadi seketul emas. Abdul wahid kehairanan diatas keajaiban yang berlaku yang dilihatnya sebelum ini dan pada hari ini.

Pada waktu siangnya Abdul Wahid pergi kerumah kawannya yang menuduh hambanya menggali kubur dan menceritakan kepadanya apa yang sebenarnya berlaku. Sementara dirumahnya berlaku kekecuhan dimana anak perumpuan Abdul Wahid memaki hamun hambanya kerana menyangka selama dua malam anyahnya tidak balik kerumah dan menuduh hambanya membunuh ayahnya kerana mengintip perbuatan jahatnya menggali kubur orang. Anak perempuan Abdul wahid dengan perasaan marah telah mengambil seketul batu dan membalingkan kearah hamba tersebut lalu terkena pada matanya dan menyebabkan mata hambanya terkeluar dan dia jatuh pingsan.

Satelah Abdul Wahid kembali kerumahnya daripada melawat kawannya keadaan kelam kabut telah terjadi dimana orang ramai yang berada disitu telah memberi tahu kepadanya apa yang telah berlaku. Dengan perasaan marah Abdul Wahid mengambil pedang lalu memotong tangan anaknya sehingga putus. Abdul Wahid merasa kesal diatas tuduhan yang dibuat oleh anaknya sedangkan mereka tidak mengetahui keadaan sebenarnya.

Satelah hambanya sedar dari pengsan, hambanya bangkit serta mengambil mata yang terjatuh lalu dimasukkan kembali ketempat asalnya sambil berdoa kepada Allah supaya memulihkan kembali penglihatannya. Satelah berdoa, matanya kembali sembuh seperti sedia kala dan hambanya pergi mengambil tangan anak Abdul Wahid yang putus lalu menyambungnya seraya membaca sesuatu. Tidak lama kemudian tangan anak Abdul Wahid kembali pulih seperti sedia kala. Hambanya terus meminta diri dan berlalu dari situ. Orang ramai kehairanan melihat keajaiban yang telah berlaku.

Kuda Mati Hidup Semula

Kisah ini adalah mengenai seorang pemuda bernama Nauf yang bercita-cita untuk berdakwah dan mengislamkan sebuah negeri yang diperintah oleh seorang Raja yang bernama Faris. Walau apa pun halangan yang akan di tempuhi nanti, beliau tetap akan ke istana tersebut untuk menyampaikan syiar Islam.

Pada suatu hari Nauf berjalan-jalan menuju ke istana dengan harapan dia dapat memasuki istana tersebut. Sampai di pintu gerbang beliau melihat kanak-kanak sedang bermain dadu. Nauf memerhati dengan penuh minat dan kemudiannya beliau diajak bermain bersama. Di dalam permainan tersebut sudah tentu kemenangan berpihak kepada Nauf kerana beliau seorang dewasa. Hasil dari kemenangan tersebut beliau dapat mengumpulkan sebanyak 40 dirham. Seorang anak Perdana Menteri sungguh kagum di atas permainannya dan mengajak Nauf ke rumahnya. Nauf berkata "Saya tidak boleh pergi ke rumah awak, kerana belum mendapat izin daripada ayah awak". sambung Nauf lagi "Awak pulanglah dahulu dan beritahu ayah awak". "Baiklah" kata kanak-kanak itu.

Kanak-kanak itu pulang ke rumah dan meminta izin daripada ayahnya. Setelah mendapat perkenan daripada ayahnya, kanak-kanak itu terus pergi berjumpa Nauf dan mengajak ke rumahnya. Nauf berkata di dalam hatinya "Inilah peluang baik bagi ku kerana aku dapat menyampaikan dakwah kepadanya nanti'".

Apabila sampai di rumah Perdana Menteri dan semasa hendak melangkah masuk kerumah Nauf membaca "Bismillah" dan semua syaitan yang berada di situ bertempiaran lari kerana takutkan bacaan tadi. Bagi meraikan tetamu yang datang, Perdana Menteri menghidangkan makanan dan minuman, sebaik sahaja makanan dihidangkan syaitan-syaitan kembali datang untuk menikmati makanan yang sedang dihidangkan. Melihatkan keadaan ini Nauf membaca "Bismillah" sekali lagi dan syaitan-syaitan berkeliaran lari. Perdana Menteri kehairanan dan bertanya kepada Nauf "Siapah kamu sebenarnya dan bagaimana kamu boleh menghalau syaitan-syaitan tersebut" Nauf memberi tahu bahawa dia telah diutuskan oleh Nabi Isa untuk mengajak tuan hamba, raja yang memerintah negeri ini dan sekalian rakyaknya untuk beriman kepada Allah.

Nauf berkata lagi " Allah maha Esa tiada tuhan lain melaikan Dia, Allah lah yang menjadikan alam ini dan memberi rezeki kepada sekalian hambanya. Dia berkuasa menghidupkan kamu dan mematikan kamu". Katanya lagi "Oleh itu kamu sepatutnya menyembah Allah dan bukannya menyembah berhala atau patung-patung kerana ia adalah perbuatan syaitan". Setelah mendengar kata-kata Nauf, Pedana Menteri sangat tertarik dan beliau telah memeluk Islam. Oleh kerana beliau tidak ingin diketahui oleh Raja Faris beliau bersembahyang secara senyap- senyap dan bersembunyi.

Suatu hari Perdana Menteri balik dari istana dengan keadaan muram dan tidak seceria seperti biasa. Nauf bertanya kepada Perdana Menteri "Kenapakah tuan hamba bermuram durja sedemikian rupa dan saya tidak pernah melihat keadaan tuan hamba seperi ini" jawab Perdana Menteri "Raja Faris sedang berduka kerana seekor kuda yang disayanginya telah mati. Baginda sangat kasih kepada kuda tersebut melebihi daripada harta benda yang lain". Nauf berkata kepada Perdana Menteri "Beritahulah Raja kamu bahawa saya boleh membantu menghidupkan semula kuda itu".

Perdana Menteri pergi ke istana dan memberitahu baginda bahawa ada seorang pemuda yang sangat alim dan sanggup menghidupkan kembali kuda tuanku. Baginda memerintahkan Perdana Menteri supaya mengundang pemuda tersebut ke istana. Setelah berada di istana, Raja Faris berkata kepada Nauf "Betulkah kamu dapat menghidupkan kembali kuda beta?" Nauf berkata, "Saya boleh menghidupkan kembali kuda tuanku dengan keizinan Allah dengan syarat tuanku memperkenankan permintaan saya. Raja Faris bersetuju dengan permintaan tersebut. Nauf bertanya kepada Raja Faris "Siapakah keluarga tuanku yang berada di dalam istana ini?" Raja Faris menjawab "Beta hanya mempunyai seorang ayah dan isteri sahaja". "Baiklah, panggil mereka berdua dan sekalian rakyat supaya berkumpul di sini" kata Nauf. Baginda memerintahkan Perdana Menteri supaya memanggil ayahanda baginda, permaisuri dan sekalian rakyat supaya berkumpul di istana.

Setelah semuanya berkumpul Nauf memegang salah satu kaki kuda dan menyebut "La ila ha illallah" maka kaki kuda tersebut mula bergerak dan Nauf menyuruh Raja Faris, ayahandanya dan isterinya supaya memegang seorang satu kaki dan menyebut sepertimana yang diucapnya tadi. Mereka pun melakukannya dan selesai sahaja mereka mengucapkan kalimah tersebut dengan izin Allah ketiga-tiga kaki yang dipegang oleh baginda, permaisuri dan ayahanda Raja Fariz bergerak kesemuanya. Perintah Nauf seterusnya,"Suruhlah rakyat baginda menyebut kalimat tersebut untuk mengerakkan badan kuda ini" Raja Faris memerintahkan rakyatnya untuk menyebut kalimat tersebut. Dengan izin Allah kuda tersebut bangkit dan kembali hidup seperti sediakala.

Kini Raja Faris dan rakyatnya telah beriman kepada Allah dan Nauf berasa senang hati kerana cita-citanya untuk berdakwah dan mengislamkan mereka telah dimakbulkan oleh Allah.

Habuk Kayu Bertukar Menjadi Gandum

Kisah ini diceritakan sendiri oleh Atha' bin Al-Azraq. Pada suatu hari isteri Atha' menyuruhnya pergi ke pasar untuk membeli gandum kerana gandum di rumahnya telah kehabisan. Isterinya memberi wang sebanyak 2 dirham. Atha' mengambil karung guni dan berjalan menuju ke pasar. Di dalam perjalanan dia ternampak seorang hamba sahaya sedang menangis. Orang ramai yang lalu lalang di situ tidak memperdulikan akan hamba tersebut. Oleh kerana kasihan melihat keadaan hamba tersebut Atha' menghampiri hamba yang sedang menangis lalu bertanya "Kenapakah kamu menangis ditepi jalan ini?". Hamba itu memberitahu "Aku diberi wang sebanyak 2 dirham oleh tuanku supaya membeli barang keperluan di pasar", sambungnya lagi "Apabila tiba di sini aku dapati wangku sudah tidak." hamba tadi sambil menangis lebih kuat lagi dan berkata "Mungkin wang itu tercicir semasa dalam perjalanan ke mari".

Atha' menanya lagi "Kenapa kamu tidak pulang saja dan memberitahu tuanmu tentang kehilangan wang tersebut?." Sambil menangis hamba tadi menjawab "Jika aku pulang dan memberitahu tentang kehilangan tersebut, tentulah aku dimarahi dan dipukul dengan teruknya". Atha' merasa hiba diatas penjelasan hamba itu lalu berkata "Ambil wang ini dan belilah barang-barang yang di pesan oleh tuanmu". Hamba tadi mengambil wang itu dan mengucapkan terima kasih kepada Atha' dan beredar dari situ menuju ke pasar untuk membeli barang-barang yang di pesan oleh tuanya.

Setelah hamba tadi beredar dari situ Atha' berkata dalam hatinya "Bagaimanakah aku hendak membeli gandum yang di pesan oleh isteriku sedangkan wang 2 dirham telahku berikan kepada hamba tadi". "Dari mana aku hendak mencari wang sebanyak itu" sambungnya lagi. Untuk menenangkan fikirannya Atha' menuju ke sebuah masjid yang berhampiran untuk menunaikan solat sunat. Atha' berada di dalam masjid agak lama, sehingga ia sempat bersolat Asar di situ sambil berdoa supaya Allah memberikan sesuatu rezeki kepadanya.

Setelah selesai solat Asar, Atha' menuju ke rumah kawannya kerana ia takut dimarahi oleh isterinya kerana pulang tanpa membawa gandum yang di pesanya. Pada mulanya Atha' ingin menceritakan dan meminta bantuan daripada kawannya tetapi apabila tiba dirumah kawanya, ia tidak tergamak untuk memberitahu hajatnya. Apabila kawannya melihat Atha' membawa karung kosong, lalu kawanya bertanya " Apa tu, karung kosong?" jawab Atha' "Ya" "Kalau begitu isilah habuk kayu ini dan bawalah pulang untuk di jadikan bahan bakar" kata kawannya. Atha' tanpa bacakap apa-apa mengisi karung guni dengan habuk kayu yang diberikan oleh kawannya dan terus pulang ke rumahnya.

Apabila tiba dirumahnya Atha' meletakkan guni yang berisi habuk kayu tadi di rumahnya dan beredar dari situ dengan senyap-senyap kerana takut isterinya meleter di sebabkan karung tersebut di isi dengan habuk kayu. Atha' menuju ke masjid, lama juga ia berada di sana sehingga hampir larut malam barulah dia pulang. Sesampainya di rumah dia tercium bau harum roti yang sedang dibakar. Atha' kemudiannya masuk ke dapur dan melihat isterinya sedang membakar roti lalu berkata "Harumnya baru roti ini" jawab isterinya "Memanglan kerana gandum ini dari kualiti yang baik". Atha' bertanya lagi "Dari mana kamu dapat tepungnya" "Dari mana lagi, dari karung yang awak bawa baliklah" jawab isterinya. Atha' kehairanan lalu berkata di dalam hatinya "Dari mana datangnya gandum itu sedangkan karung tadi berisi dengan habuk kayu, ajaib sungguh!". Atha' bertanya kepada isterinya "Mana karungnya biar aku lihat?" Isterinya menghulurkan karung tadi dan dilihatnya "Memang benar, karung tadi yang berisi habuk kayu telah bertukar menjadi gandum yang berkualiti baik" kata Atha' di dalam hatinya.. Atha' hanya mampu memandang sahaja sedangkan dia sendiri tidak tahu dari mana datangnya gandum tersebut. Begitulah jika kita berserah dan kembali kepada qudrat dan iradat Allah tidak ada yang mustahil.

Keramat Seorang Wanita

Syeikh Sariy Saqaty r.a adalah seorang alim dan ulamak yang abrar. Murid-muridnya terdiri daripada pelbagai kaum yang datang dari merata pelusuk. Salah seorang daripada muridnya adalah seorang wanita yang solihah, jujur dan sentiasa taat dan patuh kepada perintah Allah. Wanita ini mempunyai seorang anak yang bernama Muhammad. Anaknya telah diserahkan kepada seorang guru untuk mempelajari ilmu-ilmu agama dan mengaji Al-Quraan.

Pada suatu hari guru agama ini pergi ke tepi sungai Dajlah bersama-sama anak wanita tadi untuk megambil angin sambil bersiar-siar. Ketika guru itu duduk sambil berehat, anak wanita tadi bermain-main di tebing sungai dan tidak di sedari bahawa anak itu telah terun ke dalam sungai itu. Setelah di sedari oleh guru itu dan belum sempat guru itu untuk menarik anak itu ke darat, tiba-tiba anak itu tenggelam ke dalam sungai. Dengan perasaan cemas guru itu mencari-cari anak itu tetapi tidak berjumpa. Setelah puas mencari guru itu tidak dapat berbuat apa-apa dan beliau berfikir mungkin anak itu telah mati dan di bawa arus.

Guru tersebut merasa kesal di atas perbuatannya kerana mengajak anak tersebut bersiar di tepi sungai. Fikirannya buntu tidak dapat memikirkan bagaimana untuk memeberi tahu emaknya tentang kehilangan anak tersebut, dia takut dimarahi oleh wanita itu di atas kecuaiannya. Dengan perasaan yang tidak menentu itu, tiba-tiba ia teringat tentang syeikh Sariy seorang ulamak tempat ibunya mengaji, mungkin syeikh tersebut boleh membantu menyelesaikan masalah ini. Tanpa membuang masa guru itu terus kerumah Syeikh Sariy untuk memohon bantuannya menyelasaikan masalah kehilangan anak kepada wanita, muridnya.

Setibanya di sana Guru itu menceritakan kepada Syeikh Sariy tentang kehilangan anak kepada wanita itu, dia memohon supaya mencari jalan bagaimana untuk memberi tahu ibunya tentang kehilangan anaknya. Syeikh Sariy mengajak kawannya Al-Junid yang kebetulan berada disitu untuk pergi ke rumah wanita itu dan sama-sama membantu supaya wanita itu tidak mengamuk atau memaki hamun guru itu diatas kecuaian yang menyebabkan anaknya tenggelam di dalam sungai.

Apabila tiba di rumahnya Syeikh Sariy dan Al-Junid mengajarnya tentang kesabaran yang perlu dihadapi kerana ia adalah dugaan Allah, jika sesuatu musibah yang menimpanya ia adalah takdir Allah semata-mata. Wanita itu kehairanan tentang tingkah laku Syeikh Sariy dan kawannya Al Junid. Wanita itu berkata kepada Syeikh Sariy "Apakah sebenarnya yang berlaku? sehingga tuan-tuan menceritakan tentang perkara yang telah saya ketahui". Syeikh Sariy berterus terang dan menceritakan tentang kehilangan anaknya yang telah tenggelam ke dalam sungai semasa anaknya bermain-main bersama-sama gurunya di tebing sungai Dajlah.

Mendengar keterangan tersebut wanita itu berkata dengan perasanan tenang "Insya Allah, Tuhan tidak akan membuat sedemikian kepada aku". Wanita itu mengajak mereka supaya menunjukkan tempat kehilangan anaknya. Mereka menuju ke tebing sungai dan apabila sampai di sana guru itu menunjukkan tempat anaknya tenggelam. Kata wanita itu "Apakah kamu pasti bahawa anakku hilang di sini" Jawab guru itu "Benar di sinilah dia tenggelam dan saya tidak sempat untuk mememegang tangannya ketika ia tenggelam". Lalu wanita itu menyeru nama anaknya "Hai anakku Muhamammad" beberapa kali, tidak lama kemudian anaknya menjawab "Ibu, Saya ada disini". wanita itu terus turun kedalam sungai lalu menghulurkan tangannya ke dalam air dan menarik keluar anaknya. Syeikh Sariy, Aljunid dan Gurunya hanya terpegun melihat keajaipan yang berlaku di hadapan matanya. Syeikh Sariy berkata "jika kita memberi tahu kepada orang, tentu mereka tidak percaya". Jawab Aljunid "Benar kata tuan, keajaipan tidak diperolehi oleh semua orang, kecuali mereka yang benar-benar takwa dan patuh kepada Allah , maka Allah akan mengurniakan kelebihan kepada mereka".

Wanita tadi memelok anaknya dangan penuh kegembiraan. Mereka terus beredar dari situ untuk pulang kerumahnya dan tinggallah Syeikh Sariy, Aljunid dan Guru di situ. mereka berbincang- bincang tentang keramat yang diberikan Allah kepada wanita itu. Syeikh Sariy berkata "Wanita itu telah mendapat alamat bahawa anaknya masih hidup semasa ia berkata bahawa Allah tidak akan membuat sedemikian kepadanya" Mereka bertiga pun beredar dari situ dengan membawa kenangan yang tidak dapat di lupakan dan mereka bersyukur kepada Allah diatas kebesaran dan kekuasaanNya dan segala yang berlaku diatas muka bumi ini adalah di atas ketentuanNya.

Sumber: http://members.tripod.com/isma_il/

Doa Seorang Hamba


ya Allah, Maha Baiknya Engkau,
Diwaktu aku kesunyian Engkaulah yang menghiburkan aku,
Diwaktu aku sakit,engkaulah yang menyembuhkan aku,yang menjaga,memberi makan dan minum,
Diwaktu aku sedih engkaulah yang menggembirakan aku,
Diwaktu aku susah Engkaulah yang memberi pertolongan pada ku...

oh Tuhanku~!
Engkau tidak pernah terlepas dariku,
Diwaktu aku buntu,engkaulah yang melepaskan aku dari kebuntuan itu,
Dalam pengertian setiap yang menimpaku Engkaulah yang selalu menolongku,
Sesungguhnya tiada yang dapat kukirakan untuk Mu,kerana Engkaulah Maha Segala-galanya,tiada tandinganNya,kebijaksanaanMu tiada terbatas,menerima apa sahaja kesalahan hambamu ini,pemaaf yang tiada tolok bandingnya,walau hambaMu ini sering berlaku silap.

Wahai Tuhanku,
Penghibur hati ku,
Penawar segala 1000macam penyakit,
Engkaulah Kekasih Agungku,
Cinta Agungku,
Engkau tidak pernah melupakan ku,walau aku sering melupakan Mu,
Wahai Kekasih ku,
Wahai Tuhanku,
Maafkanlah diriku yang serba kekurangan ini,
Jika aku lemah Kau berilah kekuatan pada aku ini,
Jika aku lupa kau ingatkanlah aku,hiburkan hatiku di mana sahaja aku berada,
Wahai Zat Yang Maha Gagah,
Aku menagih cinta dari Mu...

Kisah Khusyu' Seorang Hamba


Seorang ahli ibadah bernama Isam bin Yusof seorang yang warak dan sangat khusyuk solatnya. Namun dia selalu khuatir kalau-kalau ibadahnya kurang khusyuk dan selalu bertanya kepada orang yang dianggapnya lebih ibadahnya, demi untuk memperbaiki dirinya yang selalu dirasakan kurang khusyuk.



Pada suatu hari, Isam menghadiri majlis seorang hamba bernama Hatim al-Isam dan bertanya; “wahai Aba Abdurrahman, bagaimana caranya tuan bersolat?”.Hatim berkata; “Apabila masuk waktu solat aku berwudhu’ zahir dan batin”. Isam bertanya; “Bagaimana berwudhu’ zahir dan batin itu?”.


Hatim menjawab; “Wudhu’ zahir sebagaimana biasa, iaitu membasuh semua anggota wudhu’ dengan air.Sementara wudhu’ batin ialah membasuh anggota dengan tujuh perkara:

1.bertaubat memohon ampunan,
2.menyesali dosa yang dilakukan,
3.tidak tergila-gilakan dunia,
4.tidak mencari / mengharap pujian / riak,
5.tinggalkan sifat berbangga,
6.tinggalkan sifat khianat dan menipu,
7.meninggalkan sifat dengki.

Seterusnya Hatim berkata; “Kemudian aku pergi ke masjid, aku kemaskan semua aggotaku dan mengadap qiblat. Aku berdiri dengan penuh kewaspadaan dan aku bayangkan Allah ada di hadapanku, syurga di sebelah kananku, neraka disebelah kiriku, malaikat maut di belakangku, dan aku bayangkan pula seolah-olah aku berdiri diatas titian ‘Siratul Mustaqim’ dan aku menganggap bahawa solatku kali ini adalah solat yang terakhirku, kemudian aku berniat dan bertakbir dengan baik.

Setiap bacaan dan doa dalam solat aku fahami maknanya, kemudian aku ruku’ dan sujud dengan tawadhu’, aku bertasyahhud dengan penuh pengharapan dan aku beri salam dengan ikhlas. Beginilah aku bersolat selama 30 tahun.



Apabila Isam mendengar jawapan Hatim, menangislah dia kerana membayangkan ibadahnya yang kurang baik bila dibandingkan dengan Hatim.

Tuesday, March 16, 2010

Kehebatan Air Mata Taubat


Dalam Kitab Mukasyafatul Qulub karangan Imam Al Ghazali ada diceritakan sebuah hadis qudsi tentang kebangkitan semula setelah Israfil meniup sangkakala kedua.Tatkala Israil meniup sangkakala kedua, maka bangkitlah sekelian umat manusia dari Nabi Adam AS sehinggalah manusia yang terakhir hidup di muka bumi.

Sewaktu Rasulullah SAW bangkit, perkara pertama yang dilakukan oleh baginda ialah mencari umat baginda.

Diriwayatkan, Rasulullah SAW telah bertemu dengan umat baginda. Maka dipeluk dan diciumnya seluruh umatnya dengan kasih sayang kerinduan bagaikan seorang ayah yang baru bertemu dengan anaknya kerana terpisah lama.

Tetapi ada satu kelompok dari umat baginda yang terpisah dari Rasulullah SAW oleh satu benteng api.

Datang Jibrail menemui Rasulullah SAW. Rasulullah SAW bertanya kepada Jibrail :

Rasulullah SAW : Mengapa aku dihalang oleh benteng api ini dari menemui umat ku ?

Jibrail : Mereka adalah umat mu yang engkar kepada titah perintah Allah. Mereka melakukan maksiat dan kemungkaran sepanjang kehidupan mereka. Maka Allah jadikan benteng api ini sebagai pemisah antara diri mu dan mereka.

Maka Rasulullah SAW berdoa kepada Allah agar dipadamkan benteng api tersebut. Malangnya benteng api tersebut semakin marak dan berkobar2. Rasulullah SAW berdoa dengan berwasilahkan keberkatan solat agar dipadamkan benteng api, namun apinya semakin marak. Rasulullah SAW berdoa pula dengan berwasilahkan keberkatan puasa, namun usaha baginda masih gagal. Lantas Rasulullah SAW terus berdoa dengan berwasilahkan keberkatan Al Quran, Zakat, sedekah, zikir dan lain-lain amal ibadah yang dilakukan umatnya. Namun hasil usaha baginda masih gagal.

Maka datanglah Jibrail membawa segelas air, lalu berkata kepada Rasulullah SAW :

Jibrail : Wahai Rasulullah, gunakanlah segelas air ini untuk memadamkan benteng api tersebut.

Rasulullah SAW : Wahai Jibrail, mana mungkin segelas air mampu memadamkan benteng api yang marak dan berkobar2.

Jibrail : Gunakanlah segelas air ni wahai Rasulullah, kerana ini adalah perintah Tuhan mu yang juga Tuhan kepada sekelian alam.

Setelah mendengar kata2 Jibrail, Rasulullah SAW terus mencapai air tersebut dan menyiramkannya kepada api yang marak. Sekelip mata, benteng api tersebut terpadam. Tiada lagi rintangan yang menghalang Rasulullah SAW bertemu dengan umatnya. Rasulullah SAW bertanya kepada Jibrail :

Rasulullah SAW : Wahai Jibrail, air apakah ini ? Begitu hebat kerana ia mampu memadamkan benteng api yang marak ?

Jibrail : Wahai Rasulullah, itulah air mata taubat umat mu. HANYA air mata taubat yang mampu memadamkan api neraka.

Popular Posts

Syamim. Powered by Blogger.